"Ini menunjukkan potensi hilirisasi untuk mendorong perekonomian, dan salah satu hasil hilirisasi ini adalah produksi baterai untuk kendaraan listrik, yang tentu membutuhkan pasokan listrik dalam jumlah besar," jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa dalam 10 tahun ke depan, Indonesia membutuhkan tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 12-14 GW, dengan skenario rendah.
Baca Juga:
Selama Periode April-Juni 2024, PLN Pastikan Tidak Ada Kenaikan Tarif Listrik
"Kami bekerja intensif dengan PLN untuk menyusun RUPTL yang baru. Proyek ini akan menambah kapasitas pembangkit sekitar 26 GW, sebagian besar berasal dari energi terbarukan," terang Jisman.
Jisman juga menekankan pentingnya peran sektor ketenagalistrikan dalam transisi menuju energi terbarukan.
"Kita harus mempercepat alih teknologi menuju energi terbarukan, seperti PLTS dan PLTA. Potensi energi angin di sepanjang Pulau Jawa bagian utara sangat besar, bahkan bisa mencapai lebih dari 50 GW dengan ketinggian 200 meter," katanya.
Baca Juga:
Pemerintah Bakal Lelang 'Angin' di Utara Jawa, Sumber Listrik!
Dalam acara tersebut, Jisman mengajak seluruh pihak untuk bergotong-royong dalam mendukung pembangunan sektor kelistrikan yang andal, terjangkau, dan ramah lingkungan.
Ia menekankan bahwa keberhasilan pembangunan ini akan memberikan peluang besar bagi pengembangan industri energi terbarukan dan peningkatan ekonomi Indonesia di masa depan.
[Redaktur: Amanda Zubehor]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.