WahanaNews.co | Nilai tukar dolar Singapura turun melawan rupiah pada perdagangan
Senin (16/8/2021), saat Presiden Joko Widodo alias Jokowi
memberikan Pidato dalam Rangka HUT ke-76 RI di Gedung MPR/DPR.
Meski Jokowi berulang kali menyebut
krisis dan resesi, tetapi rupiah merespon positif.
Baca Juga:
Hal-hal Penting Pidato Jokowi di Sidang Tahunan MPR
Pada pukul 10:43 WIB, SG$ 1 setara Rp
10.600,81, dolar Singapura melemah 0,17% di pasar spot, melansir data Refintiv.
Jokowi, di awal
pidato hari ini, menggarisbawahi soal krisis hingga
pandemi.
"Krisis, resesi, dan pandemi itu
seperti api. Kalau bisa, kita hindari, tetapi jika hal itu tetap terjadi,
banyak hal yang bisa kita pelajari," kata Jokowi.
Baca Juga:
Pagi Ini, Jokowi Sampaikan Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR
"Api memang membakar, tetapi juga
sekaligus menerangi. Kalau terkendali, dia menginspirasi dan memotivasi. Dia
menyakitkan, tetapi sekaligus juga menguatkan," imbuhnya.
Jokowi berharap pandemi yang terjadi
ini dapat menerangi bangsa.
Terutama agar mawas diri, memperbaiki
diri, dan menguatkan diri.
"Dalam menghadapi tantangan masa
depan," sambungnya.
Jokowi juga menjelaskan, resesi dan
krisis yang datang bertubi-tubi dalam perjalanan setelah Indonesia merdeka,
juga berhasil dilampaui.
"Setiap ujian memperkokoh fondasi
sosial, fondasi politik, dan fondasi ekonomi bangsa Indonesia. Setiap etape
memberikan pembelajaran dan sekaligus juga membawa perbaikan dalam kehidupan
kita," katanya.
Sementara itu, dolar
Singapura saat ini sedang menanti rilis data ekspor-impor non-minyak untuk
bulan Juli.
Data ini akan dirilis Selasa (17/8/2021) besok.
Konsensus di Trading Economics menunjukkan, ekspor
diprediksi turun 0,7% dari bulan sebelumnya, sementara
impor melesat 12%.
Penurunan tersebut bisa menjadi kabar
buruk bagi Singapura, sebab Juli merupakan awal kuartal III-2021 dan ekspor
merupakan motor penggerak perekonomian.
Rasio ekspor terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) Singapura lebih dari 100%.
Singapura menjadi negara dengan rasio
ekspor terhadap PDB terbesar di dunia.
Artinya, ketika ekspornya mulai pulih,
maka pertumbuhan ekonomi juga akan bangkit.
Jika ekspor terus mengalami kontraksi,
maka PDB di kuartal III berisiko terkontraksi lagi, padahal pemerintah
Singapura pada pekan lalu merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini
menjadi 6% sampai 7%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 4% sampai 6%. [qnt]