"Semua kurikulum seperti itu. Dulu pun, Kurikulum 2013 memproyeksikan Indonesia Tahun 2045 mencapai generasi emas untuk menjawab tantangan masa depan, Kurikulum 2006 juga demikian, Kurikulum Merdeka juga sama," katanya.
Mengenai SDM yang dibutuhkan Indonesia di masa depan, ia menyebut hal itu kembali kepada tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945 alinea keempat, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
Baca Juga:
Gubernur Kalteng Ajak Pengurus Pemuda Katolik Berkarya dan Bangun Masyarakat Makmur
Mencerdaskan kehidupan bangsa sendiri, menurut dia, adalah sebagai watak kolektif yang dimiliki bangsa Indonesia agar mampu membangun peradaban Indonesia saat ini dan di masa depan, yang pedoman dasarnya adalah nilai-nilai Pancasila.
"Artinya, profil sumber daya manusia yang tentu beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemudian berilmu, cakap, mandiri, sehat, demokratis, bertanggung jawab, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Saya rasa inilah yang menjadi profil sumber daya manusia yang kita harapkan ke depan," katanya.
Guna mendapatkan profil bangsa yang demikian, ia mengatakan, sistem pendidikan nasional dalam hal ini Kurikulum Merdeka dapat menjadi alat untuk menjawab hal tersebut, tentunya dengan dibarengi aspek-aspek lain yang terintegrasi dalam satu peta jalan pendidikan nasional.
Baca Juga:
Pemprov Kaltara Dorong Percepatan Implementasi Satu Data Indonesia di Daerah
"Tidak hanya bicara sekolah atau aspek-aspek teknis pembelajaran, tapi juga pendidikan baik formal dan non formal itu satu kesatuan yang terintegrasi," katanya.
"Dari PAUD sampai perguruan tinggi, satu nafas dalam hal menyiapkan kualitas SDM. Inilah yang bisa jadi jembatan untuk menyiapkan SDM yang unggul dan berkualitas sesuai dengan nilai-nilai Pancasila," demikian Satriwan Salim.[mga]