Menurut dia, peringkat negara produsen produk halal ini
merujuk pada laporan The State of Global Islamic Economy Report 2019-2020,
dengan mengukur kekuatan ekonomi syariah 73 negara.
"Jadi, dalam laporan itu Indonesia menempati peringkat
kelima untuk 2019-2020. Ini di bawah Malaysia, Bahrain, UEA, dan Arab
Saudi," ujar dia acara webinar strategis nasional 'Indonesia Menuju Pusat
Produsen Halal Dunia', Sabtu (24/10/2020).
Baca Juga:
Kapolri Dapat Gelar Panglima Gagah Pasukan Polis dari Kerajaan Malaysia
Dia juga merinci Malaysia berada di peringkat pertama dengan
nilai 111, UEA peringkat kedua nilai 79, Bahrain peringkat ketiga nilai 60, dan
Arab Saudi peringkat keempat nilai 50,2 dan Indonesia kelima nilai 49.
"Kita ketahui, industri tekstil cukup unggul. Kita di
nomor kedua, di bawah Turki. Namun, di media dan rekreasi masih perlu kerja
keras. Demikian juga farmasi dan kosmetik," ungkap dia.
Sedangkan untuk produk makanan dan minuman halal, Indonesia
belum berada di peringkat 10 besar. Padahal, di dalam negeri dan ekspor,
sumbangan terbesar ekonomi halal berasal dari sektor ini, khususnya minyak
kelapa sawit (CPO).
Baca Juga:
Pelaku Penyandera Bocah di Pospol Pejaten Mau Uang Tebusan dan Seorang Resedivis TPPO
"Kita masih terus mengejar top 10 halal food. Dan juga
top muslim friendly travel, kita ranking tiga, di bawah UEA dan Turki,"
jelas Airlangga.
Maka itu, tutur dia, Indonesia perlu meningkatkan kinerja
industri halal agar bisa menempatkan Indonesia sebagai produsen produk halal
terbesar pada 2024. "Target ini sejalan dengan besarnya potensi pasar
produk halal di Indonesia maupun dunia," tandasnya.