Sjamsiah Achmad dengan suaranya yang masih terdengar tegas dan jelas, mengatakan pemberdayaan perempuan perlu dilaksanakan dengan keterlibatan laki-laki. Dengan demikian tercipta kemitraan antara perempuan dan laki-laki tanpa paksaan.
Menurutnya, perempuan dan laki-laki harus menjadi mitra yang setara, adil, dan tulus.
Baca Juga:
Pemerintah Terbitkan Satu Peraturan Turunan UU TPKS untuk Lindungi Korban Kekerasan Seksual
“Setara dan adil bisa dilihat semua orang, tapi ketulusan ada dalam hati. Jangan sampai terjadi kesetaraan pura-pura. Ketulusan itu akan bisa tercapai kalau ada komitmen dan tekad yang kuat,” ujar Sjamsiah.
Konsep setara, adil, dan tulus itu harus dimulai dari keluarga. Jika hal itu dilaksanakan dalam keluarga, tentu menciptakan keluarga yang sehat terutama sehat secara mental.
Sjamsiah menceritakan Bali merupakan daerah yang memiliki banyak kesan dalam memori hidupnya.
Baca Juga:
Menteri PPPA Sebut Perempuan Harus Berdaya Secara Ekonomi
Bali, disebutnya sebagai salah satu contoh daerah yang masyarakatnya telah menjunjung nilai kesetaraan.
Fakta itu ia temukan takkala berlibur di Pulau Dewata pada 1952 dan kemudian melakukan penelitian di sebuah sekolah SD di Bali saat masih sekolah di SGA tahun 1956.
Perjalanan perempuan yang menguasai enam bahasa ini di PBB awalnya bermula dari staf profesional bidang Iptek.