“Sebagian besar putus sekolah karena alasan ekonomi. Program Sekolah Rakyat diharapkan menjawab persoalan tersebut melalui pendidikan gratis berasrama yang komprehensif,”
jelasnya.
Ia juga mencontohkan, di Jawa Timur saja terdapat lebih dari 400 ribu anak usia SMA yang tidak melanjutkan sekolah, sehingga intervensi nyata sangat dibutuhkan.
Baca Juga:
KPK Larang 4 Nama Terbang ke Luar Negeri, Skandal Bansos Kian Melebar
Sementara itu, pengamat pendidikan Ina Liem menilai konsep sekolah berasrama sebagai langkah progresif yang tidak hanya menyediakan akses belajar, tetapi juga perlindungan sosial bagi anak-anak rentan.
“Sekolah reguler tidak cukup. Anak-anak ini perlu lingkungan aman dan terproteksi 24 jam agar bisa fokus belajar,”
tegasnya.
Kepala SMA Rakyat 10 Jakarta, Ratu Mulyanengsih, turut memberikan apresiasi terhadap kebijakan ini.
Baca Juga:
Kasus Bansos Kemensos: KPK Tetapkan 5 Tersangka, Kerugian Rp200 Miliar
“Banyak siswa kami korban kekerasan dan berasal dari lingkungan keras. Sekolah ini hadir untuk memutus rantai kemiskinan dan kekerasan,”ujarnya.
Ia menilai keberadaan sekolah rakyat mampu menjadi ruang pemulihan dan pembinaan karakter bagi remaja dari latar belakang sulit.
Dengan dukungan lintas lembaga, pemerintah menargetkan Sekolah Rakyat Berasrama menjadi motor utama dalam percepatan pengentasan kemiskinan, sekaligus membangun generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045.