WahanaNews.co, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan modernisasi 12 sistem pemantauan gunung api pada 2024 sebagai upaya untuk menghasilkan data pemantauan yang lebih akurat.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan memodernisasi alat pemantauan gunung api tersebut akan melengkapi personel yang kompeten dan tangguh yang dimiliki Badan Geologi Kementerian ESDM.
Baca Juga:
Pertumbuhan Tinggi, Dirjen ESDM: Masalah Over Supply Listrik di Jawa-Bali Akan Teratasi
"Kita sedang berupaya untuk mengoptimalkan seluruh sistem-sistem pemindaian yang ada untuk dimodernisasi. Kita akan upgrade kemampuan personel-personel yang ada di sana dan meningkatkan koordinasi dengan pemerintah setempat untuk bisa mengantisipasi dan kerja sama apabila hal-hal yang mendesak perlu segera dilaksanakan," ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (16/01/24).
Arifin juga mengatakan adanya bencana kegeologian berupa gunung berapi, gempa bumi, dan gerakan tanah longsor membutuhkan mitigasi, sehingga korban jiwa dan kerugian dapat diminimalisasi antara lain dengan penggunaan alat yang modern dan berfungsi baik.
"Kita harus melakukan program-program yang lebih masif untuk bisa memonitor dan mengantisipasinya antara lain dengan memodernisasi peralatan yang dimiliki agar lebih akurat," tegas Arifin.
Baca Juga:
Tarif Listrik Triwulan IV Tidak Naik, PLN Jaga Pelayanan Listrik Tetap Andal
Sementara itu, Badan Geologi mencatat selain memodernisasi 12 sistem pemantauan gunung api sehingga total menjadi 1.063 unit, pihaknya juga melakukan pengembangan enam pos pengamatan gunung api, sehingga total menjadi 19 unit.
Badan Geologi juga mencatat pada 2023, ada 251 kali gempa bumi tektonik dengan magnitudo > Mw5, 30 kali gempa merusak, dan tidak ada tsunami. Korban meninggal dunia tercatat tujuh orang dan 24 orang luka-luka.
Lalu, terdapat 810 kejadian gerakan tanah dengan korban 140 orang meninggal, 65 orang luka-luka, dan 920 rumah rusak.