WahanaNews.co | Ketua
Umum Organisasi Bundo Kanduang Minangkabau, Sumatera Barat, Puti Reno Raudhatul
Jannah Thaib mengaku bangga menyaksikan pakaian adat bisa dipakai oleh Ketua
DPR RI Puan Maharani.
Baca Juga:
DPR Tunda Proses Capim dan Dewas KPK, Tunggu Pengumuman Kabinet Baru
Diketahui, Puan Maharani mengenakan pakaian adat Minangkabau
saat membacakan teks proklamasi Kemerdekaan ke-76 RI di Istana Negara, Selasa
(17/8/2021) sehingga mengundang komentar dari Raudah Thaib.
"Secara tidak langsung, Puan ikut memperkenalkan Budaya
Minangkabau lewat pakaian adat yang terkenal dengan sistem matrilineal,"
kata Raudah Thaib, Selasa (17/8/2021).
Sastrawan Minangkabau itu juga mengatakan pakaian yang digunakan
Puan tersebut merupakan pakaian adat yang berasal dari Lintau, Tanah Datar,
Sumatera Barat. Namun sudah dilakukan beberapa modifikasi pada beberapa
detailnya.
Baca Juga:
DPR Restui Pemberhentian Budi Gunawan, Herindra Resmi Jabat Kepala BIN
Pakaian adat Lintau yang digunakan Puan, kata Raudah bernama
Takuluak Tanduak Balenggek, yang digunakan oleh perempuan keturunan Raja Minang
atau anak Penghulu pada saat baralek atau pesta pernikahan. Takuluak berarti
kain untuk menutup rambut dan kepala, tanduak artinya tanduk, karena merujuk
tanduk kerbau yang menjadi ciri khas Minangkabau, sedangkan balenggek memiliki
arti bertingkat.
"Pakaian itu dikenakan oleh perempuan Minangkabau pada
saat baralek gadang (pesta pernikahan). Namun yang boleh menggunakan itu hanya
kemenakan rajo atau anak penghulu Minangkabau," jelas Raudah Thaib.
Raudah menyatakan, Puan Maharani merupakan anak seorang
Datuak Minangkabau. Tidak hanya itu, Megawati, Ibu Puan juga sudah pernah
diberi gala (gelar) kekerabatan Puti Reno Nilam oleh Istano Salinduang Bulan
Pagaruyung pada saat beliau menjabat sebagai presiden, jadi Puan layak untuk
mengenakannya.
"Secara keturunan, Puan merupakan anak seorang Datuak
dari Nagasi Sabu, Tanah Datar. Bahkan menurut berbagai sumber, neneknya pun
juga berasal dari pesisir Minangkabau," jelas Raudah.
Raudah menjelaskan pakaian tangkuluak tanduak itu
menunjukkan kebesaran, kemegahan, dan kemuliaan perempuan di Minangkabau.
Kehormatan dan kebesaran perempuan Minangkabau ditunjukkan melalui pakaian yang
ia kenakan. Pakaian yang menunjukkan perempuan minang tidak berada di bawah
otokrasi suaminya. Perempuan minang di manapun berada akan berpakaian sesuai
dari asal nagarinya masing-masing, di mana tempat kerajaannya yang
sesungguhnya.
"Di Minang, perempuanlah yang memiliki harta pusaka,
bapandam bapakuburan. Sehingga tidak terpengaruh dari budaya yang dibawa oleh
suaminya, oleh karena itu, ia tetap menggunakan pakaian kebesaran nagari tempat
ia berasal," jelas Raudah Thaib.
Setiap nagari, menurut Raudhah Thaib, memiliki pakaian adat
yang berbeda-beda. Ketika perempuan minang menikah bukan dengan orang yang
berasal dari nagari yang sama, maka si perempuan itu akan mudah dikenali dari
mana ia berasal melalui pakaian yang ia kenakan.
"Memiliki harta pusaka yang tidak terikat dengan nasal
suaminya berada, sehingga dia memiliki marwah dan martabatnya sendiri"
tegas Raudah.
Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy mengaku bangga dan
menyebut Puan terlihat cantik dan anggun dengan busana tersebut.
"Bu Puan terlihat makin cantik dengan busana
tersebut," kata Audy di Istana Gubernuran Sumbar.
Audy sangat yakin Puan Maharani sangat bangga mengenakan
busana Minang, karena punya garis keturunan dari Minangkabau. Kebanggaan yang
sama juga
dirasakan oleh masyarakat Sumatera Barat.
"Pasti bangga juga beliau mengenakan itu. Begitupun
juga dengan kami di Sumatera Barat. Luar biasa ya," katanya.
"Memang setahu kami beliau ada keturunan Minang.
Mencerminkan kampung beliau," tambah dia. [rin]