12. Distribusi makanan lebih dari 4 jam setelah proses pemasakan.
13. Distribusi MBG ke sekolah tidak berdasarkan urutan batch waktu pemasakan/makanan bercampur antar batch.
Baca Juga:
Bupati Tapteng Resmikan SPPG Yayasan Generasi Bangsa Tukka
Taruna menekankan, mayoritas dapur SPPG yang menjadi sumber keracunan ternyata baru beroperasi tanpa persiapan matang.
"Berdasarkan data kami sebagai pengawas, kejadian terjadinya masalah ratusan kasus dan ribuan anak-anak kita jadi korban karena di SPPG-nya yang menjadi problem. Dan mungkin mayoritas dari mereka belum memiliki sertifikat laik hygiene sanitation," kata Taruna.
Ia menambahkan, dari 19 SPPG yang bermasalah, 18 di antaranya ternyata baru beroperasi kurang dari sebulan sebelum terjadi KLB.
Baca Juga:
Viral Menu MBG Berulat, Wabup Dairi Sidak Dapur SPPG
"Data ini menunjukkan, 18 dari 19 SPPG yang bermasalah tadi ternyata itu semua yang masih menimbulkan masalah sekarang ini (keracunan makanan). Sehingga kita lihat mulai dari bulan Juli sampai dengan September awal ini, itu meningkat karena masalahnya di SPPG tersebut," jelasnya.
Di sisi lain, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengungkapkan bahwa total korban keracunan makanan MBG mencapai 6.457 orang hingga Selasa (30/9/2025).
Dari jumlah itu, 1.307 kasus terjadi di wilayah I (Sumatera), 4.147 kasus di wilayah II (Jawa), dan 1.003 kasus di wilayah III (Indonesia Timur).