WahanaNews.co | Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, pemerintah terus berupaya menangkal penyebaran berita bohong atau hoaks.
Kali ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melakukannya dengan menggelar literasi digital bersama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Keuskupan Malang.
Baca Juga:
Masyarakat Penajam Paser Utara Diimbau Bijak Gunakan Media Sosial Hindari Jeratan UU ITE
Dalam acara itu, Kominfo mengajak generasi muda Katolik berhati-hati dalam bermedia sosial (medsos). Apalagi, dalam hitungan bulan, Indonesia akan memasuki tahun politik 2024.
"Banyak hoaks, misinformasi, dan hal-hal lain yang harus diredakan. Apalagi menjelang tahun politik 2024," kata Direktur Pemberdayaan Informatika Kominfo, Bonifasius Wahyu Pudjianto, dalam keterangan tertulis, Selasa (5/9/2023).
Dia menyampaikan perbedaan pilihan politik seringkali diwarnai kegaduhan. Hal itu biasa terlihat dari berbagai ujaran kebencian terhadap pihak-pihak tertentu.
Baca Juga:
Agar Elon Musk Buka Kantor X di RI, Kominfo Atur Strategi
"Oleh karena itu, mari kita bijak bermedia sosial, menjaga ruang digital agar tercipta pemilu damai," ujar dia.
Sementara itu, Head Of Communication Department BINUS Malang, Frederik Masri Gasa, menyampaikan kondisi tersebut diperparah dengan kemunculan buzzer di media sosial.
Sehingga muncul banyak hoaks dan misinformasi.
Dia menilai generasi muda Katolik harus mengetahui hubungan teknologi dengan kehidupan manusia, sehingga bijak dalam bermedia sosial.
Menurut dia, upaya memberantas hoaks, misinformasi, dan ujaran kebencian dapat dilakukan melalui pendidikan. Misalnya, dengan mengedukasi generasi muda Katolik di Keuskupan Malang.
Dia pun berpesan agar generasi muda memahami etika bermedia sosial karena kehidupan saat ini tidak lepas dari ruang digital.
"Pendidikan dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Jadikan ruang digital sebagai ruang yang nyaman. Gunakan ruang digital untuk menyebarkan kebaikan," jelas dia.
Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Eksekutif KWI, Romo Anthonius Steven Lau, mengajak generasi muda Katolik tidak lelah belajar.
Termasuk, meningkatkan literasi digital agar tidak mudah termakan hoaks dan ujaran kebencian.
[Redaktur: Zahara Sitio]