WahanaNews.co | Selama KTT G20 berlangsung, sejumlah petinggi negara tidak ada yang membahas konflik Rusia dan Ukraina.
Hal tersebut langsung menjadi sorotan pengamat ekonomi, Didik J Rachbini.
Baca Juga:
Bahas Kejahatan Perang Rusia, Inggris Akan Gelar Rapat Internasional
Ia mengatakan, tidak bisa dipungkiri bahwa KTT G-20 adalah usaha yang bersifat global untuk membangun jembatan komunikasi, kerjasama, perdamaian, kesejahteraan bagi dan antar 20 negara besar tersebut.
"Peristiwa ini sangat penting sebagai fondasi kerjasama global antara bangsa, khususnya 20 negara besar tersebut dan juga kerjasama lebih luas dengan negara-negara lainnya, dengan harapan dinamika ekonomi, perdagangan, investasi dan ekonomi secara keseluruhan terus berkembang didorong oleh kekuatan kumpulan ekonomi besar 20 negara ini," kata Didik dalam keterangannya, Kamis (17/11/2022).
Namun, Didik pun meragukan pertemuan para tokoh-tokoh bermanfaat untuk bangsa-bangsa dan dapat memecahkan masalah global. Masalah paling krusial soal perang sama sekali tidak disentuh dan para pemimpin itu semua tidak mampu menyelesaikan masalah ini.
Baca Juga:
Jika Ingin Rusia Hentikan Perang, Biden Siap Bicara dengan Putin
"Ini masalah berat yang ada di depan mata seluruh pimpinan 20 negara tersebut. Masalah paling utama di kancah global ini tidak terpecahkan dalam KTT tersebut. Bahkan usaha untuk menyesaikan masalah tersebut bisa dikatakan absen. KTT ini bisa dikatakan tidak bermakna sebagai solusi konflik Rusia Ukraina, yang dampaknya sangat luas dan bersifat semesta global," bebernya.
Menurut Didik, KTT tersebut bersifat sebagai fondasi dan bahkan jembatan komunikasi antar bangsa dan para pemimpinnya. Pertemuan tersebut layak disebut baik dan positif untuk semua. Tetapi jika berhenti pada pertemuan itu saja, maka jauh dari memadai dan tidak cukup sebagai solusi masalah-masalah bersama.
"Seperti membangun rumah jika cuma fondasi dan tiang-tiangnya saja. tidak berguna untuk tempat tinggal, tidak berfungsi sebagai sulisi meski mengeluarkan biaya banyak untuk pertemuan. Karena itu harus ada kerja turunannya di level menteri, gubernur, pengusaha. Jika, soal krusial perang tidak bisa selesai di KTT ini, maka kerjasama ekonomi paling penting untuk ditindaklanjuti paska pertemuan ini sebab 20 negara ini dikumpulkan karena ukuran ekonominya," tutur Didik.
Didik pun mencontohkan transisi ekonomi hijau yang ditawarkan Presiden AS Joe Biden, perlu tindak lanjut dengan harapan ada keuntungan ekonomi Indonesia dan mitranya AS. Juga kebijakan friend shoring perlu ditanggapi lanjutan. Tapi pemerintah kan tidak mengerti apa kebijakan yang ditawarkan negara mitranya. Buktinya tidak satu pun menteri menjawab soal ini, friend shoring dan ekonomi hijau
"Jika perdagangan di investasi tidak naik signifikan, maka pertemuan KTT Bali cuma menghabiskan biaya dan cuma kumpul-kumpul mahal pejabat dan pimpinan negara yang tergabung dalam forum G20 tersebut," tuturnya. [sdy]