Sementara itu, Direktur Utama Krakatau
Steel, Silmy Karim, menjelaskan, pihaknya telah berusaha
bertransformasi dan program efisiensi sejak 2019.
Ia mengungkapkan, produk baja unggulan Krakatau Steel, yakni Hot Rolled Coil (HRC) atau Baja Canai
Panas dan Cold Rolled Coil (CRC) atau
Baja Canai Dingin, semakin kompetitif dan sesuai dengan
standar produk ekspor yang berkualitas tinggi.
Baca Juga:
SMI Kucurkan Pinjaman PEN Rp 52,6 Triliun ke 92 Pemda dan 3 BUMN
"Produk kami semakin kompetitif, dan
sekarang sudah diakui oleh pasar internasional. Dimulai dari tahun 2020, produk
HRC Krakatau Steel berhasil menembus pasar ekspor Australia dan Malaysia.
Kemudian baru-baru ini pun Krakatau Steel melakukan ekspor baja HRC ke benua
Eropa sebanyak 20.000 ton dengan negara tujuan Portugal, Italia, dan Spanyol,"
jelas Silmy.
Silmy memaparkan, di tahun 2020, impor baja karbon di Indonesia telah
turun menjadi sebesar 3,11 juta ton.
Namun, angka
tersebut masih relatif tinggi.
Baca Juga:
Tiga Kali Usir Mitra Kerja, Formappi: DPR Kayak Bos Besar
Dalam melawan derasnya produk impor,
Krakatau Steel sudah bertransformasi menjadi lebih efisien dengan banyaknya
penghematan yang sudah dilakukan.
Di antaranya, di tahun 2020, Krakatau
Steel mampu menurunkan biaya operasional hingga 41 persen.
Terlebih dengan sudah mulai
diterapkannya harga gas industri sebesar USD 6 per MMBTU yang juga membuat
biaya produksi menjadi lebih efisien.