Sejak awal pandemi, bank sudah tidak banyak bahkan berani memberikan pinjaman ke usaha mikro. Pelaku mikro kesulitan top-up pinjaman. Lalu dari mana lagi usaha mikro raih pembiayaan" Itu sebabnya, kata Teten, Kemenkop mengusulkan usaha mikro yg tak punya tambahan modal bisa mengakses lewat KUR atau lewat KSP.
"Apalagi penyebaran KSP di Indonesia cukup baik. Ada di seluruh Indonesia. Koperasi bukan hanya sekadar alternatif penyaluran pembiayaan mikro, koperasi penting di struktur ekonomi kita," ucap Teten.
Baca Juga:
Penjabat Gubernur Kalbar Harisson Minta Koperasi Kembangkan Kualitas SDM untuk Kemajuan
Di Indonesia sebanyak 99,6% merupakan usaha mikro. Pembiayaan yang ada, seringkali hanya cukup modal kerja. Sementara untuk pengembangan usaha dan produksi menambah mesin cukup sulit.
"Karena begitu pinjam, bulan depan harus nyicil. Koperasi bukan hanya sekadar pinjaman, tapi sekaligus menjadi konsolidator dan agregator usaha mikro agar skala ekonominya naik," ujarnya.
Terkait hal tersebut, Ketua BMT Beringharjo Mursida Rambe mengatakan rentenir menjadi persoalan yang sangat penting terutama bagi para pedagang di pasar tradisional. Untuk itu, BMT Beringharjo memberikan bantuan tunai kepada 100 orang pedagang Pasar Wates yang terkena dampak pandemi dan rentenir.
Baca Juga:
Divonis 6 Tahun Bui, Sekretaris MA Nonaktif Hasbi Hasan Ajukan Kasasi
"Kami memiliki model bagaimana mendampingi para pedagang yang terjerat rentenir ini," ujar Mursida di kesempatan yang sama.
Saat pandemi Covid-19, BMT Beringharjo mendapatkan dana PEN sebesar Rp 50 miliar dan saat ini sudah terserap habis. Menurut Mursida, pandemi yang berjalan selama hampir dua tahun ini, banyak anggota yang menarik tabungannya. Total penarikan dana di BMT Beringharjo mencapai Rp 20 miliar.
Ia merasakan manfaat dari bantuan dari Kemenkop UKM lewat LPDB-KUMKM dengan suntikan dana sehingga BMT bisa terus berjalan.