WahanaNews.co, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa Elon Musk, CEO SpaceX, berminat memasang jaringan internet Starlink di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Luhut mengklaim bahwa persyaratan investasi untuk Starlink di Indonesia hampir selesai, dan ia menginformasikan bahwa telah melakukan komunikasi dengan Elon Musk pada Jumat (2/2/2024) terkait pemasangan layanan internet Starlink di IKN.
Baca Juga:
Luhut Bongkar Strategi Penting Pemerintah Hadapi Pandemi di Hadapan Kabinet Merah Putih
"Saya dengan Elon Musk teleponan minggu lalu, hari Jumat. Kan Starlink mau masuk, saya kira hampir selesai persyaratannya," kata Luhut di kantor Kemenko Marves di Jakarta, Rabu (7/2).
Luhut menjelaskan, setelah Starlink melengkapi persyaratan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), maka dalam kurun sepekan ke depan Starlink harus melakukan uji laik operasi (ULO).
Jika diakui lulus dan memperoleh Surat Keterangan Laik Operasi (SKLO) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), pemimpin Tesla tersebut akan dapat mengunjungi Ibu Kota Negara (IKN) untuk meresmikan investasi Starlink.
Baca Juga:
Penasaran? Simak, Ini Tugas Dewan Ekonomi Nasional yang Dipimpin Luhut
"Dia akan mengunjungi IKN setelah surat persyaratan dari Kominfo selesai. Seminggu setelahnya, kita akan mengeluarkan izin ULO. Setelah layak operasi, dalam waktu lima hari, dia dapat hadir," kata Luhut, seperti yang dilansir oleh Kompas.com.
Luhut menambahkan, "Ketika dia datang, kami telah mengusulkan untuknya ke IKN, karena dia berencana meluncurkan layanan tersebut di IKN dan di puskesmas yang berdekatan dengan IKN."
Luhut menjelaskan bahwa investasi Starlink di IKN sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo, yang menekankan kebutuhan akan jaringan internet yang memadai di ibu kota baru, terutama untuk mencakup puskesmas-puskesmas di sekitar IKN.
"Supaya puskesmas-puskesmas yang tidak terjangkau dengan komunikasi, dengan Starlink jadi bisa terjangkau, sehingga pelayanan kesehatan di pedesaan itu bisa terjangkau," kata Luhut.
Starlink sebenarnya sudah masuk ke wilayah Indonesia. Namun bukan untuk melayani pelanggan ritel, melainkan layanan perusahaan milik Elon Musk itu digunakan keperluan internal Telkom Group.
Kepada CNBC Indonesia, Johnny Plate yang saat itu masih menjabat Menteri Kominfo, menyatakan pihaknya telah memberikan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer kepada Telkomsat untuk penyelenggaraan jaringan tetap tertutup satelit Starlink.
"Kominfo memberikan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer kepada PT Telkom Satelit Indonesia [Telkomsat] sebagai pengguna korporat backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup satelit Starlink," jelas Johnny.
"Bukan layanan internet melainkan layanan backhaul untuk keperluan internal Telkom Group. Tidak diberikan hak layanan ritel internet kepada Starlink".
Apa itu Starlink?
Melansir Cnet, Starlink adalah nama jaringan satelit orbital yang pengembangannya dimulai pada 2015. Dengan satelit prototipe pertama diluncurkan ke orbit pada 2018 lalu dan sejak saat itu ribuan satelit telah diletakkan di orbit rendah Bumi.
Terakhir adalah pada 21 April 2023 lalu dengan mengirimkan 53 satelit. Cnet mencatat sudah ada 2.388 dengan lebih dari 2.000 diantaranya merupakan bagian operasi konstelasi.
Starlink ingin menjual layanan akses internet pada masyarakat di daerah pedesaan. Selain juga bagian lain dunia yang belum memiliki akses broadband berkecepatan tinggi.
"Starlink sangat cocok untuk area di dunia di mana konektivitas biasanya menjadi tantangan," tulis Starlink pada situs webnya.
"Tidak terbatas infrastruktur darat tradisional, Starlink bisa memberikan internet broadband berkecepatan tinggi ke lokasi di mana akses tidak bisa diandalkan atau sama sekali tidak tersedia".
Laman We Forum menuliskan satelit orbit rendah Bumi atau low-earth orbit (LEO) merupakan teknologi untuk merevolusi internet. LEO jadi jawaban untuk internet dapat tersedia di wilayah-wilayah pedalaman.
We Forum menjelaskan satelit ini bisa membantu menghubungkan masyarakat yang tidak terhubung dan menjembatani kesenjangan digital yang meninggalkan komunitas terpencil dan pedesaan.
LEO beroperasi lebih dekat ke planet, sekitar hingga 2.000 km di atas permukaan Bumi. Ini jauh lebih dekat dari satelit geostasioner tradisional yang mencapai sekitar 36 ribu km di atas permukaan Bumi.
Satelit LEO, termasuk Starlink menghadapi banyak perdebatan oleh sejumlah astronom. Satelit-satelit tersebut menghadapi isu lalu lintas antariksa serta meningkatnya sampah antariksa. Selain itu juga ada kekhawatiran terkait polusi cahaya yang menghalangi pandangan langit malam.
Tahun 2019, tak lama setelah Starlink pertama disebarkan, International Astronomical Union merilis pernyataan peringatan soal konsekuensi yang tidak terduga untuk pengamatan bintang dan perlindungan satwa liar nokturnal.
Sejak saat itu, Starlink telah menguji beberapa desain baru dengan tujuan mengurangi kecerahan dan visibilitas satelitnya.
Satu tahun setelahnya, perusahaan menguji DarkSat yang melibatkan penambahan lapisan non-reflektif khusus pada satelitnya.
Pada bulan Juni 2020, Starlink meluncurkan satelit VisorSat yang dilengkapi dengan penghalang khusus. Di bulan Agustus, perusahaan meluncurkan satelitnya dengan semua satelit dilengkapi pelindung.
Gwynne Shotwell, Presiden SpaceX, menyatakan, "Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa kami melakukan langkah-langkah yang benar agar anak-anak kecil dapat terus melihat melalui teleskop mereka."
Perusahaan menulis di situs web resminya, "Tim Starlink berkolaborasi dengan para astronom terkemuka di seluruh dunia untuk mendalam memahami pengamatan mereka dan mengidentifikasi perubahan teknis yang dapat mengurangi kecerahan satelit."
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]