WahanaNews.co | PT Vale Indonesia Tbk akan membangun kawasan industri nikel Blok Polamaa, yang berada di Kecamatan Polamaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Setelah beroperasi, digadang-gadang pabrik ini dapat menghasilkan 120.000 ton nikel per tahunnya.
Proyek Blok Polamaa ini merupakan buah kerja sama PT Vale dengan perusahaan asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Company atau yang akrab disebut Huayou. Blok seluas lebih dari 20 ribu hektar ini nantinya terbagi atas tiga bagian yakni area tambang, smelter atau pabrik pengolahan nikel, dan port atau pelabuhan.
Baca Juga:
Sidang Perdana, Guru SD Konawe Didakwa Pasal Perlindungan Anak
Acara seremonial Gound Breaking Blok Polamaa ini dilaksanakan di kawasan yang nantinya akan dijadikan area pertambangan. Dalam sambutannya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan,pabrik High Pressure Acid Leaching (HPAL) ini akan menjadi yang terbesar produksinya di dunia.
"HPAL yang terbesar di dunia itu ada di Indonesia. Dan orang nggak bisa bikin baterai kalau nggak ada HPAL ini. Jadi HPAL ini menjadikan satu ekosistem yang sangat penting buat kita," kata Luhut, di Blok Polamaa, Kolaka, Sulawesi Selatan, Minggu (27/11/2022).
Luhut juga mengapresiasi kerjasama yang dilakukan antara Vale dan Huayou. Hubungan yang telah terjalin lama dengan Chairman Huayou Zhejiang Cobalt, Chen. Dari cerita lama itu, dirinya mendukung penuh kerjasama yang kedua pihak itu lakukan.
Baca Juga:
Guru SD Honorer Konawe Diminta Uang Damai Rp50 Juta Dibantah Polisi
"Kenapa saya setuju proyek ini? Karena saya kenal Chairman Chen ini. Saya bersama-sama dengannya pergi ke Jerman, negosiasi dengan BMW, dengan VW. Dan dia dikejar-kejar karena dia punya teknologi yang bagus. Jadi begitu saya dengar dia kawin dengan Vale Indonesia, saya bilang ini adalah pilihan yang tepat," terangnya.
Tidak hanya itu, kinerja perusahaan juga terlihat dari hasil pabrik pengolahan nikel HPAL milik Vale di Morowali Sulawesi Tengah. Dilihatnya saat ini baik produksi maupun teknologinya telah berkembang pesat. Karena itulah, ia percaya proyek ini akan mendorong produksi HPAL, hingga perkembangan electric vehicle (EV) di Indonesia.
"Proyek ini harus jalan, karena proyek ini membangum satu ekosistem. Bukan membangun satu proyek. Kita ingin membangun satu ekosistem untuk satu litium baterai. Yang nanti bisa lari ke mobil listrik, bisa lari ke mana-mana," ujar Luhut.