Kota-kota di Asia Tenggara kerap muncul dalam daftar kota yang mengalami penurunan muka tanah paling cepat. Sebagian wilayah Jakarta mengalami penurunan antara 2 mm - 5 cm per tahun.
Selain Jakarta, yang statusnya sebagai ibu kota akan digantikan oleh Ibu Kota Nusantara yang sedang dibangun di Kalimantan Timur, Manila (Filipina), Chittagong (Bangladesh), Karachi (Pakistan) dan Tianjin (China) juga sudah mengalami kerusakan infrastruktur dan sering banjir.
Baca Juga:
Kadiv Humas Polri : Nama Calon Wakapolri Sudah ada, Saat ini Sedang Dalam Proses Pemilihan.
Sementara itu, meskipun bukan kota pesisir, Mexico City tenggelam dengan kecepatan 50 sentimeter per tahun, level yang mencengangkan karena Spanyol yang mengeringkan akuifer di bawahnya ketika mereka menjajahnya.
Menurut penelitian, butuh waktu 150 tahun sebelum penurunan itu berhenti, dan setara dengan 30 meter penurunan muka tanah tambahan.
Namun kota-kota pesisirlah yang menjadi fokus penelitian D'Hondt dan rekan-rekannya. Sebagian besar wilayah Semarang misalnya, tenggelam dengan kecepatan 2-3 cm per tahun, sementara sebagian besar wilayah di utara Teluk Tampa, Florida, tenggelam dengan kecepatan 6 milimeter setiap tahun.
Baca Juga:
Rapat Paripurna Sahkan RUU Daerah Khusus Jakarta Jadi Usul Inisiatif DPR
Wei mengatakan beberapa tingkat penurunan ini terjadi secara alami. Namun, hal ini dapat dipercepat oleh manusia, tidak hanya oleh beban bangunan kita, tapi juga oleh ekstraksi air tanah dan produksi minyak dan gas yang berada di kedalaman.
Beberapa tingkat penurunan ini terjadi secara alami, kata Wei. Namun, hal ini dapat dipercepat oleh manusia tidak hanya oleh beban bangunan kita, tetapi juga oleh ekstraksi air tanah dan produksi minyak dan gas kita yang berada di kedalaman.
Kontribusi relatif dari masing-masing fenomena ini, kata Wei, "bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, sehingga menantang untuk memahami dan mengatasi penurunan muka tanah pesisir".