WahanaNews.co | Kepala Ekonom Bank CIMB Niaga, Adrian Panggabean, mengatakan,
arus
dana asing yang masuk pasar obligasi di
bulan Oktober ini mencapai
Rp 19,2 triliun.
"Arus dana asing yang masuk
pada obligasi negara di bulan Oktober 2020 hingga tanggal 22 kemarin mencapai total Rp 19,2 triliun," kata Adrian kepada
wartawan di Jakarta,
Rabu (28/10/2020).
Baca Juga:
MTQ Tingkat Provinsi Sumut ke-39 Dibuka, Harumkan Nama Sumatera Utara di MTQ Nasional
Capaian hingga 22 Oktober ini dinilai jauh lebih baik
dibandingkan dana asing yang keluar pada September 2020 sebesar Rp 8,8 triliun.
Begitu juga dengan Agustus lalu, dana asing yang kabur sebanyak Rp 3,8 triliun.
Sementara itu, arus dana asing pada pasar saham yang keluar di
bulan Oktober hingga tanggal 23 sebesar Rp 3,9 triliun. Lebih sedikit
dibandingkan arus dana keluar sebesar Rp 15,6 triliun di bulan September dan Rp
8,5 triliun di bulan Agustus.
Kondisi ini kata Adrian dipicu oleh pengesahan Undang-Undang
Cipta Kerja di awal Oktober lalu. Pelonggaran kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta ikut andil dalam meningkatkan kepercayaan
para investor asing.
Baca Juga:
Bupati Samosir Ungkap Peluang Investasi Meningkat di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
Pun dengan kinerja pasar keuangan domestik yang lebih baik.
Sehingga arus dana asing mulai kembali masuk ke pasar obligasi domestik.
"Arus dana asing mulai kembali masuk ke pasar obligasi
domestik di bulan Oktober setelah sempatkembali mengalami dana keluar di bulan
September dan Agustus" tutur Adrian.
Meski begitu di pasar saham domestik, dana asing masih keluar di bulan
Oktober. Hanya saja jumlahnya tidak lagi sebesar bulan-bulan sebelumnya.
Investasi Naik Tipis, Terbesar dari Singapura
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),Bahlil Lahadalia,menjelaskan,investasiIndonesia
mengalami masa kritis pada
kuartal II 2020 seiring pandemiCovid-19. Namun masakritis tersebut
sudah berlalu,
karena realisasi investasi pada kuartal III sudahmulai naik.
Bahlil mencatat, realisasi investasi sepanjang kuartal III 2020
mencapai Rp 209 triliun. Angka tersebut naik 8,9 persen secara kuartalan, dan
naik 1,6 persen secara tahunan.
Capaian positif ini diakibatkan sektor investasi dalam negeri
telah berhasil melewati masa kritis, yakni pada kuartal II lalu. Tercatat saat
itu realisasi investasi mengalami penurunan menjadi Rp 191,9 triliun.
"Alhamdulillah, bahwa masa kritis
realisasiinvestasisudah terlewatkan, kritis kita di kuartal II di
mana investasi hanya Rp 191,9 triliun. Di kuartal III ini investasi kita
sebesar Rp 209 triliun," kata dia dalam Konferensi Pers Virtual Realisasi
Investasi Triwulan III 2020, Jumat (23/10/2020).
Bahlil merinci, kenaikan itu ditopang oleh realisasi Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) kuartal III 2020 sebanyak Rp 102,9 triliun, atau naik
2,1 persen secara yoy. Serupa, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) juga
mengalami kenaikan menjadi Rp 106,1 triliun atau naik 1,1 persen secara yoy.
BKPM juga mencatat lima sektor utama realisasiinvestasipada
kuartalIII 2020 yakni sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi
sebanyak Rp 32,1 triliun. Lalu, sektor industri logam dasar, barang logam dan
bukan mesin dan peralatannya sebanyak Rp 24,6
triliun.
Kemudian, sektor listrik, gas dan air sebanyak Rp 24,4 triliun,
sektor konstruksi sebanyak Rp 23,2 triliun, serta perumahan, kawasan industri
dan perkantoran sebanyak Rp 21,3 triliun.
Adapun berdasarkan sebarannya, realisasi investasi tertinggi di
Jawa Barat sebesar Rp 28,4
triliun, DKI Jakarta sebesar Rp 22,3
triliun, Banten sebesar Rp 21,5
triliun, Jawa Timur sebesar Rp 15,5
triliun dan Riau sebesar Rp 13,0
triliun.
Sementara lima negara asal investor utama sepanjang triwulan III
yakni Singapura mencapai USD 2,5 miliar, China mencapai USD 1,1 miliar, Jepang
mencapai USD 0,9 miliar, Hong Kong USD 0,7 miliar dan Belanda USD 0,5 miliar. [qnt]