WahanaNews.co | Pakar
penyakit menular dari University of Maryland, AS Dr Faheem Younus menyebutkan penyemprotan
disinfektan di jalanan yang dilakukan Indonesia adalah aksi sia-sia.
Dr Faheem Younus diminta membeberkan bukti-bukti akademik
atas pernyataannya tersebut.
Baca Juga:
Hadiri Apel Akbar PAN Kota Bekasi, Desy Ratnasari Bakal Maksimalkan Menangkan Heri-Sholihin
"Kalau dibantah (penyemprotan disinfektan di jalan
sia-sia) nggak benar, ya bukti akademiknya apa?," kata anggota Komisi IX
(Kesehatan) DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, Rabu (7/7/2021).
"Apakah misalkan Faheem Younus menyampaikan bukti
akademik (penyemprotan disinfektan di jalan) tidak bermanfaat? Mohon dikasih
tahu juga argumen-argumen akademiknya," tambahnya.
Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) ini tak mau bila
Indonesia hanya bergantung pada pendapat pakar dari AS. "Jangan misalnya
nanti ujung-ujungnya semua yang kita lakukan dianggap salah dan kita manut saja
sama orang-orang luar," imbuh Saleh.
Baca Juga:
Hinca Panjaitan Pimpin Tim Pemenangan Bobby-Surya di Pilgubsu 2024
Saleh meyakini kegiatan penyemprotan disinfektan di jalanan
bermanfaat agar virus tidak menyebar ke mana-mana. Namun, lanjut Saleh, tetap
diperlukan bukti akademik.
"Andaikata kita misalnya mengikuti apa yang disampaikan
oleh orang Amerika itu, itu bukan berarti kita manut, tetapi kita juga punya
bukti akademik," imbuh Saleh.
Saleh juga mengkritik dr Faheem Younus berpendapat lewat
Twitternya dan hanya menjelaskan beberapa kalimat. Saleh tetap bersikukuh dr
Faheem Younus harus membeberkan bukti akademik.
"Kita tunggu bukti argumen akademik," sambungnya.
Disorot Pakar AS
Dr Faheem Younus menyoroti kegiatan penyemprotan disinfektan
di jalan-jalan yang dilakukan di Indonesia. Menurutnya, penyemprotan itu
sia-sia karena membuang energi dan uang.
"Benar-benar buang-buang waktu, uang, dan energi,"
tulis dr Faheem melalui akun Twitternya @FaheemYounus, Selasa (6/7/2021).
"Desinfeksi permukaan TIDAK diperlukan di jalan dan
ruang terbuka. Rumah sakit dan kamar dengan pasien COVID adalah cerita
lain," ungkapnya.
WHO Tak
Rekomendasikan Semprot Disinfektan Jalanan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pernah menyatakan bahwa
penyemprotan jalan dengan disinfektan adalah cara konyol untuk menghindari
penularan virus Corona. Penyemprotan jalanan menggunakan disinfektan dinilai
WHO tidak ada gunanya.
"Yang jelas, itu adalah hal yang tidak kami
rekomendasikan. Kami tidak percaya orang-orang tertular virus dari permukaan
tanah (jalanan -red)," kata Kepala Jaringan Wabah dan Tanggap Darurat
Global WHO, Dale Fisher, sebagaimana diunggah DW News di akun YouTube, Kamis
(2/4/2020).
Sementara itu, Wiku Adisasmito yang saat itu masih menjadi
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan COVID-19 menjelaskan, penularan COVID-19
adalah melalui cairan hidung dan mulut (droplet) orang yang terinfeksi,
melompat lewat bersin dan batuk, masuk ke hidung, mulut, atau mata orang yang
sehat.
Droplet yang mengandung virus Corona (SARS-CoV-2) bisa pula
berada di permukaan benda dan disentuh oleh orang yang sehat, kemudian orang
yang sehat tersebut tertular COVID-19 karena tangannya yang terkena droplet itu
dia gunakan untuk menyentuh mulut, hidung, atau matanya.
"Masa kita pegang aspal kemudian kita pegang mata? Kan
tidak. Yang sering dipegang adalah gagang pintu, kunci, ponsel, lantai untuk
beraktivitas, hingga permukaan lantai masjid misalnya," kata Wiku.
Penyemprotan disinfektan di jalanan dan lingkungan luar
ruangan memang bukan fenomena Indonesia saja. Di India, Meksiko, hingga Turki
juga demikian. Kendati demikian, kegiatan ini masih dilakukan. [qnt]