WahanaNews.co | Pemuda Madiun, Muhammad Agung Hidayatullah alias MAH (21), yang kini jadi tersangka kasus Bjorka, memberi setidaknya dua petunjuk soal sosok pembocor data itu. Apa saja?
Sebelumnya, MAH ditetapkan sebagai tersangka pelanggaran Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) usai menjual kanal Telegram senilai US$100 dalam bentuk Bitcoin kepada Bjorka.
Baca Juga:
Kepala BSSN Ungkap Sepanjang 2022 Ransomware Dominasi Serangan Siber di RI
Saat ditemui di rumahnya, Madiun, Jawa Timur, Sabtu (17/9), Agung mengungkapkan beberapa ciri sosok Bjorka, meskipun itu sekadar hasil interaksi di grup privat Telegram.
Berikut rinciannya:
1. Pakai Bitcoin
Baca Juga:
BSSN Sudah Berikan Data Identifikasi ke Dittipidsiber Polri, Bjorka Belum Juga Tertangkap
Agung mulanya membuat channel buatannya, Bjorkanism, dan mengunggah ulang kicauan Bjorka. Ternyata itu disukai ribuan orang. Melihat itu, Bjorka pun tertarik untuk membelinya.
"Pake telegram, dia kasih pengumuman di grup privasi dia, 'yang pegang channel ini [channel buatan MAH] DM saya, saya kasih 100 dolar'. Langsung saya DM," kata Agung menirukan pesan Bjorka.
"Setelah itu saya jual, cuma saya masih di situ, karena belum sempat transfer kepemilikan grup. Dibeli 100 dolar sekitar Rp1,5 juta, bentuk BitCoin," sambung dia.
Dikutip dari Wall Street Journal, Badan Kerjasama Penegakan Hukum Uni Eropa mengatakan Bitcoin adalah salah satu cryptocurrency paling populer yang digunakan oleh kalangan kriminal dunia maya.
Kenapa mata uang kripto? Penggunaan mata uang ini dinilai aman, karena seseorang tidak perlu memberikan informasi identitas apa pun untuk membuka akun Bitcoin. Artinya, Bitcoin bersifat anonim, dan penegak hukum tidak dapat membekukan akun seperti halnya rekening bank.
"Dompet Bitcoin adalah sesuatu yang dapat Anda miliki dan kendalikan tanpa melalui pihak ketiga," kata Yaya Fanusie, asisten senior di Center for a New American Security, "Bitcoin adalah pilihan bagi scammers hanya karena [alasan] itu."
2. Berbahasa Inggris
Agung melanjutkan proses transaksi dengan Bjorka itu menggunakan saluran direct message. Seluruh percakapan dilakukan dalam Bahasa Inggris. Walaupun, MAH mengaku tak bisa bercakap dalam bahasa itu.
"Bisa [Bahasa Inggris] pakai translate, tinggal ketik aja, terjemahan Inggris-nya tinggal kirim," aku dia.
Bjorka sendiri mengklaim dirinya berbasis di Warsawa, Polandia. Dia mengaku peduli terhadap Indonesia karena ingin melanjutkan semangat pengasuhnya yang asli Indonesia yang terbuang akibat kebijakan exile era 1965.
Namun, sejumlah warganet menyangsikan pengakuan itu. Asumsi soal asal-usul Bjorka yang sebenarnya merupakan orang lokal beredar di media sosial.
Dasarnya adalah terutama kepeduliannya terhadap isu-isu dalam negeri dan tokoh politik lokal, yang dirasa tak dikenal di dunia internasional. Selain itu, ada yang mempermasalahkan soal kualitas Bahasa Inggris-nya.
"Aku yakin 100 % Bjorka adalah "orang lokal" Dia menyinggung tentang harga BBM di Indonesia harusnya sebagai hacker internasyenel dia tau jelas harga minyak dunia adalah global issue di seluruh dunia, kenapa jadi mengajak revolusi di dalam negri orang lain? Apa pedulinya sih?" kicau akun @thelionheart37.
"Ini Bjorka rame lagi? Katanya orang Depok? Ada yg bilang orang Cirebon jg? Hmm klo dilihat dari tweet dia itu grammarnya kacau bgt, kaya pake google translate. Misal emg bener dia cuma orang biasa dan lokal Indo keren jg sih bisa bikin gaduh ring 1," kata akun @andriecla7. [qnt]