WahanaNews.co, Jakarta - Ucapan pendeta terkenal Gilbert Lumoindong telah menciptakan kehebohan di masa liburan Lebaran tahun 2024 ini.
Tokoh agama Protestan yang memiliki banyak pengikut ini memang sering kali membuat kontroversi dengan pernyataannya.
Baca Juga:
Kapolres Rohil Siap Ciptakan Pilkada Damai dan Bangun Sinergitas Bersama MUI
Yang terbaru, pandangan Gilbert Lumoindong tentang zakat dan salat menjadi viral di media sosial.
Hal ini tentu saja sangat sensitif karena menyentuh keyakinan umat Islam.
Pernyataan tersebut dibuat dalam bentuk lelucon dan disampaikan Gilbert Lumoindong selama khotbah.
Baca Juga:
Palu Berzikir: Pemkot Palu Peringati 6 Tahun Gempa, Tsunami, dan Likuefaksi
Awalnya, Gilbert Lumoindong mengomentari tentang zakat sebesar 2,5 persen dari harta untuk membersihkan harta.
"Sebelum sembahyang (salat) Islam diwajibkan cuci semuanya, saya bilang lu itu dua setengah. Gua 10 persen, bukan berarti gua jorok, tapi sudah disucikan oleh darah Yesus," katanya disambut tawa jemaat Protestan.
Selain itu, Gilbert Lumoindong juga mengkritik salat yang dianggapnya lebih sulit dibandingkan ibadah dalam agamanya.
Menurut Gilbert, dalam ibadah umatnya, membersihkan diri hanya dilakukan sekali seminggu, berbeda dengan agama Islam di mana setiap kali beribadah harus bersuci terlebih dahulu.
Ibadah dalam agamanya juga dianggapnya tidak melelahkan karena hanya melibatkan berdiri, bernyanyi, dan bertepuk tangan.
"Lah kita kan bayar 10 persen, makanya kebaktian kita hanya berdiri, tepuk tangan ya santai, tidak seperti," ujarnya.
Sementara dalam Islam disebut ibadahnya setengah mati.
Lantaran leluconnya itu sangat sensitif, pendeta Gereja Bethel Indonesia tersebut pun menunai kecaman dari banyak orang.
Untuk meredam isu tersebut membesar, Gilbert Lumoindong pun gerak cepat, mengunjungi Wakil Presiden ke-10 dan 12 sekaligus Ketua Umum (Ketum) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK), untuk meminta maaf kepada umat Islam.
"Saya dengan segala kerendahan hati meminta maaf karena kegaduhan yang ada," kata Pendeta Gilbert Lumoindong di kediaman JK, Jalan Brawijaya nomor 6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (15/4/2024), melansir Tribunnews.
Di hadapan JK, Gilbert Lumoindong tampak tertunduk sambil menjabat tangan.
Gilbert Lumoindong mengatakan, pernyataannya soal zakat dan salat sama sekali tidak bermaksud untuk menghina agama Islam.
Dia mengaku tumbuh besar di lingkungan muslim dan belajar agama Islam sewaktu sekolah dasar.
Karenanya, Gilbert Lumoindong menegaskan, tidak ada niat sedikitpun dirinya untuk sengaja melecehkan ajaran Islam.
Selain itu, kata dia, ceramah tersebut konteksnya adalah ibadah interen alias tidak berlaku untuk umum.
"Tetapi karena jemaat kita ada dua, ada jemaat gereja, ada jemaat online, jadi otomatis ada di YouTube kami. Tetapi itu jelas ada tulisan ibadah Minggu. Jadi karena itu sama sekali tidak dimaksudkan untuk umum," ucap Pendeta Gilbert Lumoindong.
Sementara itu, JK mengatakan, dirinya telah mengingatkan Pendeta Gilbert Lumoindong untuk saling menghargai satu dengan lainnya.
“Dalam Islam itu ayatnya lakum dinukum waliyadin, agama saya agama saya dan agamamu agamamu. Kita saling menghargai tapi tidak saling mengkritik ataupun menghina apalagi,” ujarnya.
JK mengutarakan alasannya mau menjembatani klarifikasi Gilbert Lumoindong atas pernyataannya yang mengundang kritik berbagai pihak.
Dia pun mengingatkan beberapa kasus terkait persoalan agama di beberapa wilayah di Indonesia yang memakan korban.
“Karena itu lah jangan lah, sebelum meluas kita harus selesaikan, padamkan, tadi minta maaf, Islam itu pemaaf, jangan lagi. Itu alasannya,” ucap JK.
Pandangan MUI
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis turut merespons ceramah dari Pendeta Gilbert Lumoindong.
Cholil Nafis meminta kepada seluruh pihak termasuk pemuka agama untuk bisa menghormati agama lainnya.
"Ya, semua umat beragama wajib menjaga kehormatan agamanya dan agama orang lain," kata Cholil Nafis kepada Tribunnews, Senin (15/4/2024).
"Saling menghargai dan menghormati antar sesama umat itu penting, agar masyarakat tetap rukun dan bersatu," imbuhnya.
Hanya saja saat disinggung apakah MUI mendorong agar hal ini dibawa ke ranah hukum, Cholil tidak memberikan tanggapannya.
"Agar hidup rukun atau hukum agar ditegakkan kepadanya demi keutuhan bangsa," katanya.
Cholil Nafis pun mempertanyakan maksud dari pernyataan Gilbert Lumoindong tersebut.
"Mau bercanda atau serius ini? Kalau bercanda tak lucu tapi kalau serius pasti keliru," katanya.
Menurut Cholil, jika memang Gilbert menyatakan dalam ceramahnya adalah serius, maka apa yang disampaikan orang tersebut adalah keliru.
Sebab, dalam ceramahnya, Gilbert menyinggung soal pembayaran zakat umat muslim yang sebesar 2,5 persen.
Kata Cholil, hal itu sudah pasti keliru, karena dalam ajaran agama Islam pembayaran zakat bermacam bentuknya.
"Zakat itu ada yang 2,5 persen ada yang 5 persen bahkan ada 10 persen tergantung jenis zakatnya," ujar Cholil.
Cholil menegaskan bahwa pernyataan yang dibuat oleh Gilbert tidak pantas.
Menurutnya, Gilbert memberikan ceramah namun dengan cara membandingkan ajaran agama lain.
Sebagai seorang pemimpin agama, Cholil berpendapat bahwa penting untuk menjaga kerukunan antara para penganut berbagai agama.
"Dengan merendahkan ajaran agama lain saat membandingkannya, itu tidak patut diucapkan. Tindakan ini berpotensi mengganggu kerukunan umat beragama," ujar Cholil.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]