"Keberadaan gelombang Kelvin dapat dilihat secara visual dari pembentukan sepasang dua sistem vorteks di utara dan selatan seperti yang terjadi saat ini," beber Erma.
Berdasarkan penelitian terkini, lanjutnya, gelombang Kelvin memiliki peran paling dominan dalam memicu hujan ekstrem di Pulau Jawa, dibandingkan jenis gelombang atmosfer lainnya.
Baca Juga:
Prediksi BMKG: Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Wilayah pada 21-22 Maret 2024
Dengan kata lain, imbuh Erma, jika fitur spasial sepasang sistem badai tropis ini terus menetap, bahkan menguat, maka potensi cuaca ekstrem ini dapat terus terjadi hingga awal Mei 2022.
"Hal yang perlu diwaspadai adalah pembentukan badai dahsyat di laut (storm surge) berupa angin kencang dan hujan ekstrem yang dapat terjadi di Selat Sunda dan Laut Jawa dan membahayakan bagi aktivitas pelayaran," tandasnya.
Selain itu, paparnya, hujan ekstrem di darat juga dapat terjadi secara acak dan lebih sulit diprediksi karena sistem konveksi menimbulkan hujan eksrem tersebut termasuk kategori konveksi lemah.
Baca Juga:
Simak, Ini yang Terjadi Jika Petir Menyambar Tubuh
"Sistem konveksi yang lemah merupakan ciri utama sistem konveksi yang terjadi selama musim kemarau di Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya, diberitakan, Pelabuhan Merak, Cilegon Banten dihantam cuaca ekstrem berupa hujan deras dan angin kencang, Rabu (27/4/2022) malam.
Hal itu dipantau berdasarkan sebuah video yang beredar milik Personel Unit Siaga SAR Basarnas Banten, Fauzan yang melaporkan kondisi di sekitar Pelabuhan Merak.