WahanaNews.co | Tokoh wali songo yang memadukan ajaran Islam dengan budaya Jawa seperti gamelan dan wayang adalah Sunan Kalijaga. Perpaduan dua kebudayaan tersebut biasa disebut dengan akulturasi.
Mengutip buku Sunan Kalijaga dan Mitos Masjid Agung Demak oleh Fairuz Sabiq, Sunan Kalijaga sering disebut dengan nama Raden Mas Syahid atau Raden Mas Said. Ia merupakan salah satu dari sembilan wali yang sangat berpengaruh terhadap penyebaran dan perkembangan agama Islam di Nusantara, khususnya di Jawa.
Baca Juga:
Jawa Terpukul! Lebih dari Separuh Penduduk Miskin RI Ada di Pulau Ini
Dalam buku tersebut juga dijelaskan bahwa Sunan Kalijaga mempunyai beberapa guru, di antaranya adalah Sunan Bonang, Syaikh Sutabaris (dari Malaka), dan Sunan Gunung Djati. Dari mereka, Sunan Kalijaga banyak belajar ilmu agama dalam upayanya menyebarkan agama Islam.
Dakwah Sunan Kalijaga di Pulau Jawa
Berdasarkan buku Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga oleh Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga memiliki peranan yang sangat penting dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa. Ia sangat aktif menyebarkan agama Islam dengan menggunakan budaya Jawa sebagai media, seperti gamelan, wayang, tembang, dan cerita-cerita.
Baca Juga:
Bukan Pulau Jawa, Salah Satu Pulau Terpadat di Dunia Ada di Indonesia
Hal ini dilakukan Sunan Kalijaga karena sebagai umat Islam, ia mentransformasikan agama yang bernuansa Arab tersebut kepada orang-orang Jawa agar Islam menjadi tidak asing bagi mereka dan mudah diterima.
Disebutkan juga dalam buku tersebut, saat berdakwah ia memiliki karya berupa ciptaan ukiran wayang kulit, mulai dari bentuk manusia sampai bentuk kreasi baru yang mirip karikatur. Misalnya tangan wayang kulit yang dibuat panjang sampai menyentuh kakinya.
Selain wayang, Sunan Kalijaga juga berdakwah menggunakan tembang-tembang yang ia ciptakan. Tembang tersebut menjadi suatu ajaran makrifat dalam agama Islam. Salah satunya tembang "ilir-ilir" yang juga diajarkan dalam sekolah-sekolah dasar.