WahanaNews.co | Era digital menjadikan batas antarnegara semakin sumir. Teknologi informasi dan komunikasi pun berkembang makin pesat. Namun ditengah revolusi tersebut, hambatan komunikasi di era digital tetaplah ada.
Dalam International Communication Conference (ICC-UP 2022) yang digelar oleh Universitas Pancasila, Prof. Dr. Rudy Harjanto, M.Sn. menjelaskan jika teknologi bagai pedang bermata dua.
Baca Juga:
Debat Ketiga Pilkada Jakarta: Akademisi Universitas Pancasila Sebut Minim Terobosan Baru
Di satu sisi, teknologi meningkatkan produktivitas, namun di sisi lain dapat pula menjadi kendala bagi mereka yang membutuhkan bantuan untuk beradaptasi. Teknologi sebagai penghalang telah diselidiki sebagai akar penyebab memperlambat pembelajaran (Fukuzawa dan Cahn), memperlambat pemberian layanan kesehatan (Ketchersid), dan banyak kerugian lain yang telah dipelajari dengan baik sebelumnya.
Pada ICC-UP 2022 yang mengambil tema 'Communication Inclusivity: Engaging Society and Digital' tersebut, Prof. Rudy yang merupakan Dewan Penasehat LSPR, Jakarta, menjelaskan jika salah satu faktor penyebab perbedaan tingkat adopsi teknologi berasal dari kesenjangan generasi di mana sekelompok orang secara perlahan beradaptasi atau bahkan menolak untuk mengadopsi teknologi dan lebih memilih metode saat ini atau sebelumnya sebelum kedatangan teknologi baru (Calvo-Porral dan Pesqueira-Sanchez).
Perbedaan pandangan antara teknologi sebagai pendukung produktivitas dan teknologi sebagai penghalang menciptakan kesenjangan hubungan.
Baca Juga:
Awas! Gunung Ibu Siaga Level III, Semburkan Api dan Abu
"Kesenjangan hubungan ini adalah antara sikap dan tindakan orang-orang dari dua atau lebih generasi yang berbeda. Lebih tepatnya, kesenjangan antara mereka yang bisa beradaptasi dan mereka yang ingin tetap berada di zona nyaman mereka. Kesenjangan ini dapat menentukan perbedaan antara generasi muda dan generasi tua dalam hal sikap, perilaku, dan preferensi mereka. Politik, nilai, budaya populer, dan sektor lainnya mungkin berbeda," papar Prof. Rudy dalam rilis yang diterima WahanaNews.co.
Dikarenakan kemampuan teknologi individu yang tidak merata, digitalisasi komunikasi membuat masyarakat lebih rentan terhadap kesalahpahaman, baik melalui kesalahpahaman tentang cara menggunakan teknologi atau bahkan terkait dengan gangguan yang disebabkan oleh teknologi itu sendiri.
Kesalahpahaman ini, lanjut Prof. Rudy, memudahkan orang untuk salah paham satu sama lain, terutama ketika terlibat komunikasi dengan orang lain. Upaya komunikasi interpersonal dan komunikasi pemasaran yang dijalankan oleh perusahaan juga menghadapi masalah yang sama (Chomiak-Orsa dan Liszczyk).