"Kemampuan memberikan informasi tambahan ini membuka peluang bagi audiens untuk mendapatkan dua sumber informasi, yang pertama dikendalikan oleh pemilik akun aplikasi, dan yang di luar kendali langsung pemilik akun aplikasi," lugas Guru Besar Periklanan tersebut.
Lebih lanjut Prof. Rudy memaparkan bila kehadiran smartphone yang sangat portabel dan terkoneksi sepanjang waktu tidak hanya memperluas kemampuan penyebaran informasi, dan potensi perubahan pemahaman baru, perubahan sikap, dan perubahan perilaku.
Baca Juga:
Debat Ketiga Pilkada Jakarta: Akademisi Universitas Pancasila Sebut Minim Terobosan Baru
Semua perubahan ini dapat menyebabkan misi interpretasi tentang apa yang memulai komunikasi. Penyebaran informasi mengubah interpretasi isi komunikasi dan bahkan mengubah seseorang.
Perbedaan informasi ini berpotensi mengubah penilaian, daya tarik, dan kredibilitas konten yang disampaikan oleh pemilik akun aplikasi sosial.
Komunikasi interpersonal di media sosial berasal dari diri sendiri dan pengguna situs lainnya. Jika informasi ini saling bertentangan, maka akan sulit untuk menarik kesimpulan tentang apa sebenarnya isi informasi yang ingin disampaikan dan justru menjadi hambatan komunikasi.
Baca Juga:
Awas! Gunung Ibu Siaga Level III, Semburkan Api dan Abu
Setiap hambatan yang menghalangi komunikasi yang efisien dapat disebut sebagai gangguan komunikasi. Kebisingan komunikasi adalah kebisingan yang mengganggu transmisi informasi dari pemancar ke penerima.
Penerima mungkin terganggu oleh kebisingan dan tidak dapat mendengar pesan pengirim. Atau mungkin mengalihkan perhatian pengirim, sehingga sulit bagi mereka untuk menyampaikan informasi. Dalam kedua kasus, kebisingan menciptakan kegagalan dalam proses komunikasi.
Melihat itu semua, dapat dinilai jika digitalisasi komunikasi melahirkan pandangan dua sisi sebagai pendukung kemajuan dan sebaliknya, serta teknologi sebagai penghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kedua sisi ini menyebabkan persepsi informasi yang sering membuat mereka lebih rentan terhadap salah tafsir. Kesalahpahaman ini memudahkan kesalahpahaman satu sama lain, terutama ketika kita berinteraksi dengan orang lain.