WAHANANEWS.CO, Jakarta - Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran menyambut positif langkah Presiden Prabowo Subianto yang mempercepat program konversi sampah menjadi energi listrik atau waste to energy.
Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menilai percepatan ini adalah terobosan strategis yang akan membawa manfaat besar bagi lingkungan, kemandirian energi, sekaligus pengelolaan sampah perkotaan yang selama ini menjadi masalah klasik.
Baca Juga:
EBT Jadi Kunci Ketahanan Bumi, ALPERKLINAS Minta Pemerintah dan PLN Buat Regulasi Pelibatan Anak Muda Sejak Dini Terkait Energi Terbarukan
Menurut Tohom, keputusan pemerintah memangkas proses administrasi dari enam bulan menjadi tiga bulan adalah bentuk keseriusan untuk mewujudkan proyek pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dalam waktu maksimal 18 bulan.
“Ini adalah proyek peradaban. Sampah yang selama ini jadi beban lingkungan akan diubah menjadi sumber energi bersih dan bermanfaat. Kami di MARTABAT Prabowo-Gibran sepenuhnya mendukung, dan mengajak masyarakat ikut mengawal program ini,” ujarnya di Jakarta, Rabu (10/9/2025).
Tohom menekankan, dukungan publik akan sangat menentukan keberhasilan target.
Baca Juga:
Darurat Sampah, MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Rencana Pemerintah Bangun PLTSa di 33 Provinsi
Ia mencontohkan, kesadaran memilah sampah dari rumah tangga bisa mengurangi biaya operasional sekaligus meningkatkan efisiensi PLTSa.
“Kalau masyarakat hanya menyerahkan semua kepada pemerintah, target bisa berat. Tapi kalau ada partisipasi aktif, 18 bulan itu bukan mustahil,” katanya.
Selain memberi dukungan, Tohom juga mengingatkan perlunya perencanaan matang terkait teknologi, harga listrik, dan integrasi dengan sistem kelistrikan nasional.
Menurutnya, hitungan sementara dari Kementerian ESDM menunjukkan listrik berbasis sampah bisa diproduksi dengan harga US$ 13 sen per kWh, jauh lebih murah dibanding listrik berbahan bakar diesel yang mencapai lebih dari US$ 30 sen per kWh.
“Artinya, secara ekonomi ini lebih rasional dan lebih ramah lingkungan,” jelasnya.
Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan ini menilai, keberhasilan PLTSa akan memberi dampak ganda. Pertama, mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang mahal dan tidak ramah lingkungan.
Kedua, mengatasi persoalan sampah perkotaan yang volumenya terus meningkat. Ketiga, membuka lapangan kerja baru dari sisi operasional maupun rantai pasok.
“Jadi manfaatnya bukan hanya listrik, tapi juga kebersihan kota, kesehatan masyarakat, dan ekonomi lokal,” tegasnya.
Ia menambahkan, masyarakat tidak perlu skeptis dengan target ambisius ini. Sejumlah negara sudah berhasil mengembangkan PLTSa dengan skala besar, seperti Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara Eropa.
Indonesia, kata dia, justru punya potensi lebih besar karena produksi sampahnya tinggi dan tersebar di berbagai kota besar.
“Tinggal kemauan politik yang kuat, teknologi yang tepat, dan dukungan masyarakat. Tiga hal ini jika bersinergi, proyek 18 bulan bisa jadi sejarah baru,” pungkasnya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]