WAHANANEWS.CO, Jakarta - Menanggapi kasus dugaan keracunan yang dialami ratusan siswa di Kota Bogor akibat konsumsi makanan dari program Menu Bergizi Gratis (MBG), Badan Gizi Nasional (BGN) menyatakan tengah menyiapkan langkah penanganan.
Salah satunya adalah pemberian asuransi bagi para penerima manfaat program tersebut.
Baca Juga:
Pasangan Muda Ditemukan Tewas dalam Mobil Menyala di Parkiran Swalayan Jambi
Kepala BGN Dadan Hindayana menjelaskan, pihaknya sedang melakukan koordinasi intensif dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dua asosiasi asuransi besar, yaitu Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), guna membentuk konsorsium pengelolaan asuransi MBG.
“Untuk (asuransi) penerima manfaat, kami masih melakukan koordinasi dengan OJK. Koordinasi dengan OJK, yang akan melibatkan dua asosiasi, yaitu Asosiasi Asuransi Jiwa dan Asosiasi Asuransi Umum,” kata Dadan saat dihubungi wartawan, Senin (12/5/2025).
Ia juga menambahkan, konsorsium tersebut nantinya akan menetapkan bentuk layanan asuransi yang paling sesuai dengan kebutuhan.
Baca Juga:
Insiden Matauli, Gejala Keracunan atau Alergi?
“Konsorsium akan menetapkan layanan asuransi yang sesuai dalam bentuk konsorsium,” ucapnya.
Lebih lanjut, Dadan mengungkapkan bahwa pembayaran premi asuransi MBG akan dilakukan melalui masing-masing Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Nantinya, dua jenis asuransi akan diberlakukan, yakni untuk para petugas SPPG dan untuk penerima manfaat program.
"Karyawan SPPG akan mendapatkan asuransi dari BPJS Ketenagakerjaan yang sudah menjalin kerja sama dengan BGN. Kedua jenis asuransi (pembayaran preminya) akan dilakukan melalui SPPG masing-masing,” ujarnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan, menambahkan bahwa pihaknya saat ini masih melakukan kajian lebih lanjut terkait skema asuransi tersebut.
"Skema asuransi untuk karyawan dan penerima manfaat yang keracunan tersebut masuk dalam biaya operasional. Kalau pun terjadi begitu (keracunan), BGN tetap membantu untuk membiayai pengobatannya," kata Tigor di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (10/5/2025).
Dari sisi laporan medis, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mengungkapkan bahwa total kasus siswa yang diduga mengalami keracunan sejak Rabu (7/5/2025) hingga Sabtu (10/5/2025) telah mencapai 214 orang.
"Perkembangan hingga 10 Mei 2025 terjadi penambahan empat kasus. Sehingga total korban kini mencapai 214 orang," ungkap Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno, dikutip Senin (12/5/2025).
Dari data yang dihimpun, Dinkes mencatat sembilan sekolah yang terdampak dugaan keracunan makanan dari program MBG, sebagai berikut:
- TK Bina Insani: 25 siswa
- SD Bina Insani: 10 siswa
- SMP Bina Insani: 94 siswa
- SMA Bina Insani: 1 siswa
- SDN Kukupu 3: 8 siswa
- SDN Kedung Waringin: 7 siswa
- SDN Kedung Jaya 1: 16 siswa
- SDN Kedung Jaya 2: 45 siswa
- SMP Bina Graha: 8 siswa
[Redaktur: Ajat Sudrajat]