WahanaNews.co | Penggunaan helikopter dalam tubuh militer di Indonesia (RI) sudah mulai dilakukan sejak periode akhir tahun 1940-an. Setelah pembelian helikopter ringan Hiller 360, Indonesia mulai mendatangkan beragam jenis helikopter dari berbagai negara guna untuk mendukung kegiatan militer maupun untuk kepentingan sipil di Indonesia.
Salah satu helikopter yang dianggap memberikan peran dalam sejarah penggunaan helikopter standar dalam tubuh militer Indonesia adalah Mil Mi-4 Bahkan, helikopter ini menjadi helikopter standar pertama yang digunakan oleh ketiga matra TNI pada masa orde lama.
Baca Juga:
Demi Rafathar, Raffi Ahmad Terbang Pakai Helikopter untuk Hadiri Acara Sekolah
Seperti apakah helikopter dan rekam jejaknya dalam tubuh militer di Indonesia? kita simak ulasannya ringkasnya berikut ini.
1. Lahir Dari Efek Keberadaan Helikopter Sekutu
Helikopter yang dirancang oleh pabrikan asal Uni Soviet kala itu, yakni Mil Moscow Helicopter Plant merupakan permintaan pihak militer Uni Soviet berkaca dari perang Korea yang terjadi dalam kurun waktu tahun 1950-1953.
Baca Juga:
Helikopter Hantam Atap Hotel di Far North Queensland: Pilot Tewas, 2 Orang Dilarikan ke RS
Saat itu pihak barat mengirimkan helikopter angkut berukuran sedang yakni Sikorsy H-19 Chikasaw yang berfungsi sebagai helikopter serbaguna pada masa tersebut.
Tidak ingin ketinggalan kemudian Uni Soviet selaku pemimpin blok timur saat itu merancang helikopter dengan kemampuan yang sama dan lahirlah Mil Mi-4 pada tahun 1952.
Desain helikopter ini juga menjadi terobosan yang cukup unik, dimana posisi mesinnya berada di bagian depan dari cockpit pilot, sehingga posisi pilot berada lebih tinggi daripada kabin penumpang. Helikopter ini secara resmi mulai berdinas dalam tubuh militer Uni Soviet pada tahun 1953.
2. Memiliki Kemampuan yang Cukup Mumpuni
Melihat ukurannya yang tergolong cukup tambun, helikopter yang diberi kode NATO “Hound” ini memiliki fungsi sebagai sebuah helikopter multi peran. Helikopter ini diawaki oleh 1-2 kru yang merangkap sebagai pilot dan operator.
Dilansir dari wikipedia.com, kemampuan helikopter ini terbilang cukup mumpuni di masanya. Helikopter yang ditenagai oleh sebuah mesin Shvetsov ASh-82V 14 silinder berpendingin udara.
Mesin piston ini mampu membuat helikopter Mil Mi-4 terbang dengan kecepatan 185 km/jam. Untuk radius operasioanalnya sendiri berada di kisaran 500 km dan ketinggian 5.000 meter.
Helikopter ini mampu membawa sekitar 16 penumpang atau kargo seberat 1.500 kg pada bagian internalnya. Selain itu, helikopter ini juga mampu membawa sebuah kendaraan ringan seperti mobil ataupun meriam howitzer dengan kaliber sedang.
Hal ini dikarenakan helikopter tersebut memiliki sebuah pintu clamshell di bagian belakang sehingga memudahkan dalam pemuatan kendaraan. Helikopter ini juga dapat dimodifikasi dengan dipasangi senapan mesin pada bagian pintu samping atau yang lazim disebut door-gun.
3. Menjadi Helikopter Standar TNI pada Masa Orde Lama
Dilansir dari situs indomiliter.com, helikopter buatan Uni Soviet ini mulai digunakan dalam militer Indonesia sejak tahun 1960-an guna mendukung operasi Trikora dan Dwikora pada saat itu.
Dikarenakan kemampuannya yang sangat mumpuni, helikopter ini digunakan oleh 3 matra sekaligus dalam tubuh TNI kala itu. Namun, angkatan udara dan angkatan darat merupakan divisi yang paling sering mengoperasikan helikopter ini.
Dilansir dari situs aviahistoria.com, dalam sejarah pengoperasiannya di Indonesia, helikopter ini justru terkenal pada saat mendukung penumpasan PKI pada tahun 1965-1966.
Helikopter ini digunakan untuk mengangkut pasukan maupun logistik guna mendukung operasi tersebut. Akan tetapi, dikarenakan renggangnya hubungan antara Indonesia dan Uni Soviet kala itu, membuat Helikopter ini harus dipensiunkan bertahap dan dihapus dari layanan pada tahun 1972 karena kekurangan suku cadang.
Nah, itulah tadi sedikit kisah bersejarah mengenai pengoperasian helikopter Mil Mi-4 yang pernah menjadi andalan dan helikopter standar TNI pada masa orde lama hingga awal masa orde baru. Helikopter ini kini namanya tetap abadi di beberapa museum dan monumen yang tersebar di Indonesia. [ast]