WAHANANEWS.CO, JAKARTA - Hasil Survei dari ResumeTemplates yang melibatkan hampir 1.500 pencari kerja muda atau Generasi Z, 70 persen mengaku meminta bantuan orang tua mereka dalam proses mencari kerja.
Sebanyak 25 persen bahkan membawa orang tua mereka ke wawancara, sementara banyak lainnya meminta orang tua untuk mengajukan lamaran pekerjaan dan menulis CV untuk mereka.
Baca Juga:
KPU Gorontalo Sosialisasikan Pendidikan Pemilih bagi Generasi Milenial dan Gen-Z di Daerah
Dilansir dari detik finance, dalam laporan tersebut, pemberi kerja menekankan bahwa beberapa kualitas utama yang mereka cari adalah inisiatif dan sikap positif.
Para manajer juga menghargai pengalaman dunia nyata, baik melalui magang maupun pekerjaan, dan pada tingkat yang lebih rendah, keberadaan media sosial yang sesuai serta menghindari diskusi politik.
"Lulusan baru yang memulai pekerjaan pertama mereka harus menunjukkan profesionalisme, bukan dengan menyesuaikan diri pada norma-norma yang ketinggalan zaman, tetapi dengan bersikap hormat dan berkomitmen pada pekerjaan mereka," ujar Penasihat utama pendidikan dan pengembangan karier di Intelligent, Huy Nguyen dikutip dari euronews, Jumat (10/1/2025).
Baca Juga:
Incar Generasi Z, Bank Muamalat Beri Edukasi Perencanaan Keuangan Syariah
Beberapa alasan yang dikemukakan untuk keputusan ini meliputi kurangnya motivasi karyawan, kurangnya profesionalisme, serta keterampilan komunikasi yang buruk, di antara faktor lainnya.
Oleh sebab itu, saat ini sejumlah perusahaan dilaporkan banyak memangkas pegawai dari kalangan Generasi Z atau Gen Z sepanjang 2024. Para pekerja dengan kelahiran 1997 hingga awal 2010 itu banyak kena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahaan.
Berdasarkan laporan terbaru Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier yang melakukan survei terhadap hampir 1.000 tim HR, menemukan bahwa satu dari enam pemberi kerja enggan merekrut kalangan Gen Z. Hal ini karena reputasi mereka yang dianggap manja dan mudah tersinggung.
Sebanyak 6 dari 10 perusahaan yang disurvei juga melaporkan telah memecat lulusan universitas baru yang mereka rekrut tahun ini. Beberapa alasan yang dikemukakan meliputi kurangnya motivasi dari karyawan, kurangnya profesionalisme, serta keterampilan komunikasi yang buruk.
"Banyak lulusan baru mungkin kesulitan memasuki dunia kerja untuk pertama kalinya karena ini bisa menjadi kontras besar dari apa yang biasa mereka alami selama perjalanan pendidikan mereka. Mereka sering kali tidak siap untuk lingkungan yang kurang terstruktur, dinamika budaya di tempat kerja, dan harapan untuk bekerja secara mandiri," terangnya.
"Meskipun mereka mungkin memiliki pengetahuan teoretis dari perguruan tinggi, sering kali mereka kurang memiliki pengalaman dunia nyata dan keterampilan lunak yang diperlukan untuk berhasil di lingkungan kerja," tambahnya.
Manajer perekrutan yang disurvei juga melaporkan bahwa beberapa pekerja Gen Z kesulitan mengelola beban kerja mereka, sering datang terlambat, serta tidak berpakaian atau berbicara dengan cara yang sesuai.
Berikut beberapa alasan mengapa Gen Z sulit mendapatkan pekerjaan dan gampang dipecat perusahaan:
1. Kurangnya motivasi atau inisiatif: 50 persen.
2. Kurangnya profesionalisme: 46 persen
3. Keterampilan organisasi yang buruk: 42 persen
4. Keterampilan komunikasi yang buruk: 39 persen
5. Tantangan dalam menerima umpan balik: 38 persen
6. Kurangnya pengalaman kerja yang relevan: 38 persen
7. Keterampilan pemecahan masalah yang buruk: 34 persen
8. Keterampilan teknis yang tidak memadai: 31 persen
9. Tidak cocok dengan budaya perusahaan: 31 persen
10. Kesulitan bekerja dalam tim: 30 persen
[Redaktur: Sobar Bahtiar]