Ketiga adalah perang. Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sudah bertemu dengan banyak pimpinan dunia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, tidak dapat memastikan kapan perang akan berakhir.
"Geopolitik tension dari negara-negara yang menguasai ekonomi mayoritas dunia, AS adalah negara terbesar ekonomi, China kedua ekonominya dan Eropa region atau Rusia negara yang tidak kecil. Jadi tensi tinggi perang jelas jadi suatu ketidakpastian," ujarnya.
Baca Juga:
Ribuan Warga Hadir, Saat Jokowi Blusukan di Banyumas Dampingi Luthfi
Keseluruhan persoalan ini, menurut Sri Mulyani, tidak hanya akan berdampak pasar keuangan. Akan tetapi juga menyasar sisi yang dibutuhkan masyarakat umum, seperti energi hingga pangan.
"Ketiga ketidakpastian ini berikan perspektif, bahwa risiko ini is not financial only," tegas Sri Mulyani.
Hal senada disampaikan Menko Luhut dalam kesempatan berbeda. Menko bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa Indonesia saat ini menghadapi tantangan akibat efek domino dari tensi geopolitik yang masih terus memanas dan tidak bisa diprediksi kapan berakhir.
Baca Juga:
Pertemuan Hangat Presiden Prabowo dan Presiden ke-7 RI di Kota Surakarta
Oleh karena itu, dia mengimbau langkah terus strategis dilakukan untuk memitigasi risiko yang dapat terjadi.
"Dari berbagai laporan yang kami lihat, kondisi geopolitik ini masih sangat berpengaruh dalam beberapa waktu ke depan. Dan tidak bisa dihindari, akan menekan dunia secara global," kata Luhut saat Pertemuan Presiden dengan Kementerian/ Lembaga, Kepala Daerah, BUMN, Pangdam, Kapolda, Kajati Seluruh Indonesia di Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Menurut Luhut, berbagai indikator menunjukkan perekonomian Indonesia masih semakin membaik. Namun, dia mengingatkan harga pangan harus menjadi sorotan.