“Siapa yang paksa kamu. Jangan kurang ajar begitu ya! Ngomong paksa-paksa. Sama nih kayak di Surabaya konyolnya,” hardik Noel sambil menunjuk pegawai yang duduk di hadapannya.
Karyawan tersebut hanya menjawab singkat, “Sabar ya, sabar ya,” mencoba meredam ketegangan.
Baca Juga:
Kardinal Tagle Berpeluang Ukir Sejarah Sebagai Paus Asia Pertama
“Kamu ngomong maksa, siapa yang maksa kamu? Orang saya dari tadi bilang telepon, telepon (pimpinan). Kita negara, bukan preman,” jawab Noel dengan suara meninggi, menunjukkan ketidakterimaannya atas tudingan tersebut.
Karena tetap tidak mendapat respons yang memadai, Noel akhirnya memperkenalkan dirinya dengan lebih tegas.
“Mas, saya wakil menteri,” ucapnya lantang kepada seorang pegawai yang tetap sibuk memandangi layar komputer. Tampak jelas kekecewaan Noel terhadap sikap acuh dari karyawan itu.
Baca Juga:
Ultimatum Pemerintah: Lippo Wajib Tuntaskan Masalah Meikarta Sebelum 23 Juli 2025
Seorang pria yang berada di dekat Noel pun ikut menegur, “Oi, hargai orang ngomong.”
Usai sidak, Noel menjelaskan kepada awak media bahwa ia telah berulang kali meminta untuk bertemu pimpinan perusahaan namun tidak digubris.
Ia menunjukkan salah satu operator kantor sebagai bukti bahwa pihak perusahaan enggan berkomunikasi.