WahanaNews.co, Jakarta - Promosi Doktor Bahlil Lahadalia di Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) menimbulkan polemik. Meski begitu, di mata akademisi, promosi tersebut masih sesuai jalur.
Seorang akademisi yang menjadi co-promotor saat promosi doktor Bahlil, Dr. Teguh Dartanto, mengatakan bila para pengkritik seharusnya memiliki daya kritis terhadap sebuah fenomena, selalu melakukan cek dan ricek terhadap sebuah fakta, serta menggali informasi dari sumber aslinya.
Baca Juga:
Menjaga Kamtibmas Jelang Pilkada 2024 di Mimika, Begini Kata Akademisi Suku Kamoro
Menurut Teguh, masuknya Bahlil ke SKSG UI dengan mengambil jalur riset sesungguhnya sudah sesuai aturan. Terlebih dua pertanyaan penelitian yang memotivasi BL untuk program doktoral di SKSG UI yakni pertama apakah kebijakan hilirisasi nikel yang dikerjakan saat ini secara akademik benar/tepat (evidence-based policy)?, dan kedua jika kurang tepat apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kebijakan hilirisasi membawa manfaat yang lebih besar?
Pada bidang ini, Bahlil menurut Teguh memiliki kewenangan membuat dan merubah kebijakan hilirisasi, sehingga jawaban atas dua pertanyaan ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kebijakan hilirisasi di masa depan.
"Selain itu, Bahlil juga memiliki privilege akses informasi, data, dan sumber daya untuk melakukan penelitian ini jauh sebelum mendaftar kuliah. Dalam konteks saat ini seperti akreditasi AACSB (akreditasi internasional terkemuka sekolah bisnis yang dimiliki FEB UI), memiliki mahasiswa dan disertasi seperti ini akan sangat bermanfaat untuk societal impacts," jelas Teguh.
Baca Juga:
Akademisi dan Pakar Sampaikan Pendapat pada Sidang Keadilan Pemilu 2024
Selama proses penelitian, lanjut Teguh, komposisi tim promotor yakni Prof. Chandra Wijaya (FIA), Teguh Dartanto (FEB), dan Athor Subroto (SKSG/FEB) sering melakukan diskusi dan perdebatan terkait arah penelitian, metodologi dan cakupan penelitian.
Selain itu, selama proses riset Teguh pun meminta Bahlil untuk turun lapangan melihat dan berinteraksi langsung dengan masyarakat di Morowali dan Weda Bay (Halmahera Tengah), serta melakukan diskusi dengan para pemangku kepentingan. Saat itu, Teguh juga turun ke lapangan untuk memastikan Bahlil menjalankan prosedur dan panduan wawancara.
Untuk melihat perspektif global terkait kebijakan industrialisasi/hilirisasi, TD juga meminta BL untuk melakukan wawancara dengan para ahli kebijakan industrialisasi dan hilirisasi di Korea (Ha-Joon Chang-SOAS University of London), Tiongkok (Justin Lin-Peking University) dan Amerika Serikat (Dani Rodrik, Harvard University). Teguh mengikuti proses wawancara online memastikan semua pertanyaan dalam panduan wawancara dijalankan.