WahanaNews.co, Medan - Motif di balik pembakaran rumah wartawan Tribrata TV, Rico Sempurna Pasaribu, yang menewaskan dirinya bersama tiga anggota keluarganya, masih berselimut misteri.
Kematian Rico memicu berbagai reaksi, terutama dari kalangan jurnalis, terutama setelah polisi menangkap dua tersangka.
Baca Juga:
Bhabinkamtibmas Polsek Berastagi Tingkatkan "Cooling System" Jelang Pilkada di Kelurahan Gundaling I
"Rumah wartawan Rico Sempurna Pasaribu dibakar, bukan terbakar," tulis Dahlan Iskan dalam esai berjudul "Rico Pasaribu" di Disway edisi Selasa (9/7/2024).
Dua pelaku pembakaran rumah Rico telah ditangkap. Salah satunya adalah sopir angkot yang tinggal di dekat terminal Kabanjahe, Karo, Sumut.
"Rumah itu sekitar lima kilometer dari rumah yang dibakar," kata Dahlan dalam esainya.
Baca Juga:
Kebakaran Rumah Wartawan di Karo, TNI Selidiki Dugaan Keterlibatan Anggota
Pelaku lainnya adalah seorang warga Medan yang tinggal di Kabanjahe. Pekerjaannya sebagai kuli serabutan. Tempat kosnya di Kabanjahe juga sekitar lima kilometer dari rumah yang dibakar.
Kapolda Sumut, Komjen Agung Setya Imam Effendi, kemarin mengunjungi Kabanjahe. Ia sendiri yang mengumumkan kepada wartawan di Karo bahwa rumah Rico dibakar, bukan terbakar.
Menurut Dahlan, Marko Sembiring Keloko, wartawan Pos Metro Medan di Karo, hadir saat konferensi pers Kapolda Komjen Agung itu.
"Marko dan para wartawan di Karo masih penasaran karena kapolda belum mengungkapkan motif di balik pembakaran rumah wartawan miskin tersebut," tulis Dahlan.
Komjen Agung hanya menyampaikan bahwa motif pembakaran itu masih dalam penyelidikan dan akan dijelaskan kepada publik pada saatnya.
"Satu orang lagi kini masih dalam pemeriksaan," Dahlan mengutip ucapan Komjen Agung.
Dahlan menyebut Marko sendiri menduga satu orang yang masih dalam pemeriksaan itu adalah bos yang membayar juru bakar. Atau suruhan orang yang membayar.
"Bisa juga perantara dari perantaranya perantara orang yang membayar," lanjut Dahlan menggambarkan kecurigaan Marko.
Konon pembakaran itu sudah diatur agar tidak ada penghuni rumah yang selamat. Caranya: pertalite disiramkan di sekeliling rumah.
Toh, ukurannya hanya 3 x 4 meter. Bahkan, menurut Marko, hanya 2,5 x 4 meter. Api pun berkobar di segala arah. Setidaknya seisi rumah sulit bernapas dulu.
"Meski polisi masih perlu waktu menggali motif pembakaran itu para wartawan di Karo sudah memastikan: terkait dengan berita yang ditulis Rico habis-habisan soal judi, narkoba, dan para backing-nya," tutur Dahlan melalui esai tersebut.
Dugaan tersebut dianggap beralasan karena Rico tidak memiliki urusan dengan sopir angkot dan kuli serabutan.
Wartawan di Karo pun salut dengan kegigihan polisi yang berhasil mengungkap bahwa rumah Rico sengaja dibakar.
Wartawan di Karo akan berkumpul lagi Kamis lusa untuk memberikan apresiasi kepada Polres Tanah Karo, sambil menuntut agar motif di balik pembakaran tersebut segera diungkapkan.
"Mereka ingin tahu siapa dalang di balik pembakaran rumah wartawan itu," kata Dahlan.
Para wartawan Karo merasa perjuangan mereka untuk mendukung Rico tidak sia-sia.
Pekan lalu, mereka menggelar "Malam 1000 Lilin" di dekat rumah yang dibakar.
Acara dimulai pukul 20.00 dan berakhir pukul 23.00, dengan hampir seribu orang hadir, termasuk masyarakat setempat.
Wartawan hebat tidak harus berasal dari media besar. Rico, wartawan TribrataTV.com adalah salah satu contohnya.
Meskipun namanya Tribrata terdengar seperti media kepolisian, sebenarnya itu adalah media swasta murni.
"Nama Rico kini jauh lebih besar dari medianya," tulis Dahlan Iskan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]