“Di AS, kendaraan elektrik itu sasis dan body-nya itu dibuat dari aluminium Jadi ringan sekali,” sambungnya.
Boy menambahkan, saat ini dirinya juga sudah ditawari oleh sebuah perusahaan luar negeri untuk mendirikan smelter alumunium yang kedua.
Baca Juga:
Kolaborasi Pembangunan IKN: Pemerintah Kaltim dan Kaltara Sinergi dalam Kemitraan
Namun, dirinya menolak lantaran masih fokus pada pengembangan smelter yang baru separuh rampung tersebut.
“Kami fokus dulu deh ke smelter jilid 1 ini dulu,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, PT Adaro Aluminium Indonesia menandatangani Surat Pernyataan Maksud Investasi (Letter of Intention to Invest) sebesar US$ 728 juta atau sekitar Rp 10,4 triliun untuk membangun smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau Indonesia yang tengah dibangun PT Kalimantan Industrial Park Indonesia.
Baca Juga:
Adaro Pasok Listrik dari Pembangkit Angin ke PLN
Wakil Presiden Direktur Adaro, Ario Rachmat, berharap Adaro dapat membantu mengurangi impor aluminium.
Adapun untuk mengembangkan industri ini, Adaro juga akan menggandeng mitra kerja dari luar negeri yang sudah memiliki rekam jejak, pengalaman, teknologi terkini dan pengetahuan secara menyeluruh di industri aluminium.
Ario pun optimistis permintaan dunia atas produk aluminium akan terus meningkat, terutama untuk kabel, baterai, dan sasis.