WahanaNews.co | Pemerintah telah menetapkan delapan sektor yang menjadi prioritas dalam peta jalan hilirisasi investasi strategis Indonesia 2023-2035.
Target investasinya mencapai US$545,3 miliar atau sekitar Rp8.234 triliun (asumsi kurs Rp15.100 per dolar AS).
Baca Juga:
Bersama Timpora Kantor Imigrasi, Pemerintah Kota Bekasi Siap Awasi Pergerakan Warga Asing
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengungkapkan delapan sektor prioritas tersebut terbagi menjadi 21 komoditas, di antaranya mineral batu bara, minyak gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan, kehutanan.
"Total investasinya yang kalau kita bisa capai itu sebesar US$545,3 miliar. Ini angka yang tidak sedikit, tapi ini salah satu syarat untuk negara kita bisa lepas dari negara berkembang menjadi negara maju," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (17/1).
Seperti dilansir dari CNN, Bahlil merinci target investasi untuk hilirisasi mineral dari batubara sebesar US$427,1 miliar, minyak dan gas bumi sebesar US$67,6 miliar. Kemudian perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan sebesar US$50,6 miliar.
Baca Juga:
Menko Marves Sebut Prabowo Umumkan Susunan Kabinet 21 Oktober
Bahlil menambahkan hilirisasi di Indonesia tidak hanya akan berfokus pada nikel. Namun, nikel disebut menjadi contoh nyata hasil hilirisasi, di mana ekspor nikel naik dari US$3,3 miliar pada 2017-2018 menjadi US$20,9 miliar pada 2020-2021.
"Kami tidak ingin berakhir di nikel karena sumber daya alam kita banyak. Maka kita breakdown (21 komoditas) dengan peluang-peluang investasi yang ada," ujar Bahlil.
Di sisi lain, Bahlil mengatakan banyak negara maju tidak ingin negara berkembang seperti Indonesia melakukan hilirisasi dengan pelarangan ekspor bahan baku.
Namun ia mengatakan Indonesia harus optimis dan tidak ragu karena investasi asing sudah banyak masuk ke Indonesia.
"Bahwa ada yang setuju enggak setuju, itu urusan mereka. Kita ini, pemerintah, bukan memuaskan semua orang global. Bahwa ada yang setuju enggak setuju, biasa saja," ujarnya. [ast]