WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ancaman terhadap penerbangan kembali mengguncang Bandara Internasional Kualanamu, Sumatra Utara.
Pesawat Saudia Airlines dengan nomor penerbangan SVA 5688 yang membawa ratusan jemaah haji dari Muscat ke Surabaya harus mendarat darurat pada Sabtu (21/6/2025) akibat laporan ancaman bom.
Baca Juga:
Mencekam! Pesawat Saudi Arabia Tujuan Surabaya Diancam Bom, Densus 88 Turun Tangan
Kepolisian Daerah Sumatera Utara saat ini masih menyelidiki pelaku di balik teror tersebut.
Kapolda Sumut, Irjen Whisnu Hermawan, mengungkapkan adanya dugaan bahwa pola ancaman kali ini memiliki kemiripan dengan insiden sebelumnya yang juga menimpa maskapai Saudia.
"Ini kemungkinan ada persamaan. Karena ini informasi tersebut dari wilayah India. Tapi masih kita dalami," kata Whisnu dalam konferensi pers di Bandara Kualanamu.
Baca Juga:
Puluhan Siswa SMP Terpapar Terorisme, Pendiri NII Crisis Center: Targetnya Orang-orang Cerdas
Sebelumnya, pada Selasa (17/6/2025), pesawat Saudia Airlines dengan nomor penerbangan SV-5726 rute Jeddah–Jakarta juga mendarat darurat di tempat yang sama karena ancaman serupa.
Namun, ada perbedaan dalam metode penyampaian ancaman. Kali ini, pesan disampaikan melalui komunikasi langsung (direct speech), bukan email seperti dalam kasus sebelumnya.
"Yang pertama melalui email, kalau yang kedua ini melalui Direct Speech. Hampir sama," jelas Whisnu.
Untuk mengungkap pelaku, Polda Sumut melibatkan tim siber yang kini tengah melakukan pelacakan dan investigasi digital.
Namun, karena ancaman diduga berasal dari luar negeri, kerja sama antarnegara sangat dibutuhkan untuk menelusuri jejak pelaku secara tuntas.
"Yang penting keselamatan penumpang," tegas Whisnu, menekankan bahwa prioritas utama tetap pada perlindungan nyawa dan keamanan penerbangan.
Sementara itu, Tim Penjinak Bom (Jibom) dari Polda Sumut telah diturunkan untuk mensterilkan pesawat Saudia Airlines SVA 5688. Hasil pemeriksaan menyeluruh menunjukkan tidak ada bahan peledak ditemukan di dalam pesawat.
Pesawat tersebut membawa 376 penumpang, terdiri dari 196 laki-laki dan 180 perempuan, serta 13 kru.
Seluruh penumpang berhasil dievakuasi dengan selamat, dan situasi di Bandara Kualanamu kini dalam kondisi aman dan terkendali.
Insiden ini menambah daftar panjang ancaman terhadap penerbangan internasional, sekaligus memunculkan pertanyaan besar mengenai celah keamanan komunikasi lintas negara yang dimanfaatkan pelaku teror.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]