Oleh Pirma SimbolonWahanaNews.co | Siapa yang tak kenal Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno,M.B.A, alias Sandi Uno Alias Sandi. Betapa tidak, sejak tahun 2017, saat Pilkada DKI, kemudian terpilih sebagai Wakil gubernur DKI, lalu mundur dan menjadi Calon Wakil Presiden mendampingi Prabowo Subianto, beliau selalu diliput media baik media televisi, youtube, media massa, media online dan medsos.Sejak muncul kepermukaan, Bung Andi selalu kaya ide kreatif, meskipun ide kreatif itu ternyata tidak seindah tataran idenya dalam mengimplementasikan nya. Sebut aja program OK/OCE, rumah nol persen.Ide ini tampak kren ditataran ide, namun hingga saat tahun ketiga masa jabatan Anis Baswedan, program itu nyaris tak terdengar.Tiba-tiba Bung Sandi ditunjuk Jokowi menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 22 Desember 2020 lalu, menggantikan Wishnutama yang kata orang termasuk Menteri yang gagal, entah apa pertimbangannya.Diawal jabatannya, Bung Sandi mencoba melempar ide penerapan Wisata Halal di Danau Toba atas arahan dari Wakil Presiden, karena potensi ekonomominya sangat tinggi. Begitu kata beliau.Wisata Halal? Ya ide wisata halal. Inilah yang saya sebut ide usang disaat otak lagi miskin ide. Dengan latar belakang Pendidikan yang sangat mumpuni (MBA dari George Washington, dan Doktor dari UPH), tentu kita respeklah dengan beliau.Demikian juga dengan kisah sukses membangun jaringan bisnis ( Saratoga Investama Sedaya, Inotek Foundation, Bloomberg TV Indonesia).Beliau termasuk hebatlah. Namun, sehebat hebatnya manusia kelihatannya ada saatnya otak lagi kosong (blank), sementara hasrat pengen ingin tetap dikenal kreatif dengan segudang ide mengemuka. Karena otak lagi blank, jadilah melempar ide Wisata Halal meskipun ide ini sudah usang.Mengapa Ide Usang?Saya sebut usang karena ide ini sudah cukup lama dilempar ke publik, sejak tahun 2015 ketika Menteri Pariwisatanya adalah Arif Yahya.Saat itu beliau membuat wacana, jika Indonesia menerapkan Wisata Halal, wisatawan Timur Tengah akan datang dan diperkirakan potensi nilai ekonominya mencapai 4 ribu Triliun.Uji Coba Wisata Halal di BaliAtas wacana yang dilempar oleh sang Menteri Arief Yahya, muncullah rencana penerapan Desa Syariah di Bali oleh Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) tahun 2015.Namun ditolak mentah-mentah oleh PHRI Bali, Pemerintah setempat dan masyakat Bali, yang akhirnya Ketua MES Bali Dr Dadang Suherman pun meminta maaf kepada seluruh warga Bali dan berjanji akan menghapus program Desa Syariah dari program MES.Wisata Halal di Bali layu sebelum berkembang.Labuhan Bajo, NTTTahun 2019, rencana penerapan pariwisata halal di Labuan Bajo oleh Badan Otorita Pariwisata (BOP) pun ditolak mentah-mentah.Dengan tegas Viktor Laiskodat sang Gubernur mengecam keras rencana label wisata halal itu. Bahkan Presiden Jokowi berpendapat, wisata halal yang akan diterapkan apapun bentuknya harus memberi manfaat dan memprioritaskan masyarakat lokal. Artinya jika masyarakat lokal mayoritas adalah non muslim, mengapa harus memaksakan wisata halal.Tanah Toraja, Sulawesi SelatanTahun 2019, Tanah Toraja yang kaya budaya itu juga menolak wisata hal. Bahkan mahasiswa sampai dua hari berturut turut mengadakan demo untuk menolaknya.Demo berhenti setelah Bupati Tana Toraja, Nicodemus Biringkanae dan Ketua DPRD Tana Toraja, Welem Sambolangi kompak menolak wisata halal.Wakil Gubernur Andi Sudirman pun mengatakan penerapan wisata halal sepenuhnya tergantung masyarakat lokal mau menerapkan atau tidak.Danau Toba, SumutEntah dari mana sumber pastinya, tahun 2019, masyarakat batak nasrani di Medan Sumatera Utara bergolak melalui medsos dengan tagline #Savebabi menjadi viral dan demo besar-besarapun terjadi.Entah siapa yang pemimpin demonya tidak begitu jelas.Kelihatannya aksi spontanitas saja dengan sedikit, helo-helo dari tokoh-tokoh batak.Melihat massa demo yang begitu banyak, sang Gubernur Edy Rahmayadi pun akhirnya muncul ke permukaan dengan membuat konferensi pers " saya tidak pernah melemparkan ide itu alias berita itu hoax, ujar beliau". Perbincangan wisata halalpun akhirnya istirahat sejenak sampai ada yang membangunkan kembali.Sandiaga Uno 2020Entah apa yang melatar belakangi Bung Sandi harus memilih melempar Wisata Halal diawal masa jabatannya.Apakah Bung Sandi hanya keseleo lidah atau benar benar ingin menerapkan wisata halal? Atau ada pesan sponsor? Kalau benar benar ingin menerapkannya, wisata halal yang seperti apa? Atau sekedar "testing the water"? Semua gak jelas. Kalau ide itu pesan sponsor, mengapa bung Sandy kok tiba tiba nalarnya hilang? Lagian ide itu kan ide usang dan terbukti ditolak dimana-mana khususnya yang masyarakat lokal adalah mayoritas non muslim.Kalau dilihat dari track record Bung Sandi, saat pilkada DKI, patut diduga, bung sandi ada obsesi tersendiri akan hal ini.Betapa tidak, saat pilkada DKI beliau bersama Anies Baswedan menyetujui jargon agama digunakan sebagai tagline politiknya atau lebih dikenal dengan politik identitas, dan membiarkan terjadinya polarisasi agama di akar rumput.Akhirnya Pilkada DKI pun menjadi sangat menakutkan dikala itu.Politik identitas itupun dibawanya sampai ke Pilpres 2019. Pilpres 2019 pun menjadi sangat menyeramkan dan menakutkan dalam sejarah pilpres di Indonesia.Eh "setelah kalah, tiba tiba Prabowo dan Sandy mau masuk bergabung kedalam Kabinet Jokowi. Padahal, saat Pilpres, Jokowi dianggap haram oleh kebanyakan pendukungnya.Itulah rekam jejak digital sikap politik Bung Sandi yang tidak akan pernah terlupakan. Bung Sandi sadarlah bahwa keanekaragaman budaya, agama, suku dan ras adalah kekuatan dan kebesaran Indonesia.Wisata BudayaSeperti apakah konsep Wisata Halal yang dilempar ke publik, hingga saat ini tak jelas.Oleh karena tak jelas, masyarakat batak yang tinggal disekitar danau toba membuat tafsir sendiri sendiri.Kalau ada wisata halal berarti ada wisata haram dong? Artinya wisata Danau Toba dianggap haram? Ada juga yang mengggap wisata halal tidak boleh lagi membuka warung batak dengan menu babi, tidak boleh lagi menghidangkan daging babi disaat pesta adat (ulaon unjuk) atau acara adat lainnya. Bahkan ada juga menganggap memelihara babi pun tidak boleh lagi dan ternak babi harus dibumi hanguskan.Bahkan, saat ternak babi mati karena flu babiMasyarakat pun, menganggap bahwa kejadian itu by disign. Semua bebas membuat tafsir sendiri dan menjadi isu liar.Itulah karena ketidaan konsep yang jelas.Kalau wisata halal yang dimaksud Bung Sandi adalah pentingnya menyediakan mush1ola di sebuah hotel agar para tamu yang beragama muslim bisa sholat, dan menyediakan restoran yang halal dengan tulisan halal, bukankah saat ini juga sudah tersedia di Bali, Labuan Bajo, Toraja dan Danau Toba? Lalu mengapa harus label HALAL? Bukankah babi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya masyarakat Batak nasrani di kawasan danau toba, masyarakat bali di Bali, masyarakat timor di Labuan Bajo, masyarakat Toraja di Tana Toraja?. Lalu label halal itu sebenarnya untuk Siapa? Bahkan, Provinsi Bali sudah sedikit lebih maju dalam hal pengelolaan pariwisata berbasiskan budaya bukan agama sesuai Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2012. Demikian juga dengan wisata danau toba adalah wisata budaya bukan wisata agama.Indonesia menjadi menarik bagi wisatawan manca negara adalah karena budayanya bukan karena agamanya. Kalau idenya bahwa mau menarik wisatawan dari negara-negara timur tengah, apa ya mereka mencari tempat yang halal? Bukankah mereka justru kenyataannya kebanyakan mencari lokasi yang haram? Coba aja pergi ke daerah puncak Bogor, penghuni dan pelanggan tetap bisnis esek-esek itu umumnya orang timur tengah. Ini fakta bung Sandi.Masyarakat batak, Bali, NTT dan toraja terkenal dengan toleransi tinggi terhadap pendatang dan beragama. Itulah sebabnya tidak pernah ada di Batak, Bali, NTT atau Toraja yang membakar mesjid. Masyarakat batak sangat dekat dengan kasih. Itulah makanya ketika beribadah dilarang, gereja dibakar, bahkan di bom mereka tidak membalas.Masyarakat Batak, dimanapun berada mari bersatu melawan ide Wisata Halal karena wisata yang indah di daerah kita ini adalah anugrah Tuhan, budaya Jambar namarmiah-miak adalah warisan leluhur kita yang harus kita pertahankan kepada anak cucu kita kelak.Salam Sehat dan Salam Dalihan Na Tolu.Bekasi, 16 Januari 2021. (JP)