Lalu berpotensi meningkatkan kesenjangan.
Dia mencontohkan, subsidi listrik golongan rumah tangga bersifat lebih progresif karena lebih tepat sasaran untuk pengguna daya 900 VA (miskin dan rentan) berdasar DTKS.
Baca Juga:
Negara G20 Gagal Sepakati Soal Pemangkasan Bahan Bakar Fosil
Namun, pada kenyataannya, masih dinikmati oleh golongan mampu yang menerima manfaat lebih besar karena konsumsi listrik lebih tinggi.
Direktur Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Edi Wibowo, mengatakan, Indonesia juga tetap dalam tiga isu utama dalam mengangkat transisi energi dalam Presidensi G20.
Yaitu, masalah kesehatan global yang belum kondusif, transformasi ekonomi berbasis digital, kemudian transisi menuju energi yang berkelanjutan.
Baca Juga:
Vladimir Putin: Meski Ada Sanksi, Ekonomi Rusia Ungguli Banyak Anggota G20
Transisi energi menuju pemulihan dan produktivitas berkelanjutan disikapi dengan memperkuat energi bersih global dan juga transisi yang adil.
Salah satunya melalui sekuritas acceptibilitas energy.
Pemerintah juga mengejar kemajuan acceptibilitas dengan tidak meninggalkan hak siapa pun.