Tanpa sempat
menyiapkan diri untuk berkarier setelah berbulutangkis.
"Saya bahkan
dari umur 10 tahun sudah berlatih di PB (Persatuan Bulutangkis)
Djarum di Kudus," kata Hari.
Baca Juga:
Energi Greysia Polii Sulut Api Spirit Tim Bulutangkis Putri Indonesia
Masih usia
SD, Hariyanto sudah intensif berlatih bulutangkis.
Dan baru
empat tahun kemudian, di usia 14 tahun, ia berhasil menjuarai kompetisi pelatda
(pemusatan latihan daerah) di Jawa Tengah.
Ia mulai
melejit di level nasional pada usia 18 (setelah delapan tahun di bulutangkis)
ketika tampil sebagai juara dunia yunior di Kejuaraan Dunia Yunior Bimantara
1989.
Baca Juga:
Isyaratkan Pensiun Usai Indonesia Masters 2022, Greysia Polii: CUKUP
"Saya masuk
pelatnas usia 19 tahun, lebih dulu dari pemain-pemain seangkatan saya, seperti
Hendrawan (juara dunia 2001), Marleve Mainaky (juara Indonesia Terbuka 2001),
Liu Tiong Ping. Pemain-pemain kelahiran 1972," ungkap Hariyanto Arbi.
Segudang
gelar juara itu ternyata tak cukup memuluskan karier setelah bermain bulutangkis.
Padahal, ia
juga juara Asian Games dan ikut meraih dua dari tiga medali emas Indonesia di
Hiroshima 1994, yakni di tunggal putra dan beregu putra.