Bahkan, aroma toko pakaian atau alunan musik lembut di butik mampu menyelinap ke insula otak kita, membentuk ikatan emosional yang membuat kita kembali, meski tak sedang membutuhkan.
Trinitas Hormon Konsumen
Baca Juga:
Pemerintah Awasi Ketat Barang Impor Ilegal, Perusahaan Nakal Bisa Dicabut Izin
Lalu datanglah para agen rahasia dalam sistem biokimia kita: dopamin, si penggoda kenikmatan; adrenalin, sang penyulut hasrat; dan oksitosin, pelindung kepercayaan.
Ketiganya mengatur simfoni belanja dalam latar bawah sadar. Flash sale, countdown timer, dan iklan dengan narasi emosional bukanlah kebetulan; mereka adalah desain neuropsikologis yang mengeksploitasi mekanisme primal dalam tubuh manusia.
Kita mengenal istilah neuromarketing, gabungan antara ilmu saraf (neuroscience) dan pemasaran (marketing), untuk memahami bagaimana otak manusia merespons iklan, produk, dan strategi pemasaran.
Baca Juga:
Pacu Daya Saing Produk UKM Pangan, Kemendag Luncurkan UKM Pangan Award 2025
Para pemasar dalam prinsip ini (neuromarketer) menjalankan tugasnya dengan memahami bagaimana otak dan emosi konsumen bekerja untuk menciptakan pemasaran yang efektif.
Para neuromarketer masa depan bukan hanya menjual produk, mereka membentuk lintasan neural.
Setiap klik adalah potongan kecil dari kebiasaan yang dipahat oleh neuroplastisitas, kemampuan otak untuk beradaptasi sesuai pengalaman dan lingkungan.