Oleh BOWIE HARYANTO
Baca Juga:
Mike Trimby Dinobatkan sebagai Legenda MotoGP di Hall of Fame Silverstone
JUDUL di atas merupakan kalimat populer yang diungkap Nick Harris, mantan komentator MotoGP yang pensiun pada 2017, untuk menggambarkan kehebatan Valentino Rossi.
Sebuah kalimat yang menunjukkan rasa hormat Harris terhadap Rossi.
Baca Juga:
Jorge Martin Dominasi Seri MotoGP Portugal 2024 dengan Kemenangan Telak
Selama 38 tahun berkarier sebagai komentator MotoGP, Harris mengaku belum pernah melihat pembalap Grand Prix sepeda motor seperti Rossi.
Bukan hanya mampu merebut sembilan gelar juara dunia, Rossi juga menjadi inspirasi bagi banyak pembalap di MotoGP dan membawa standar baru di ajang balap motor paling bergengsi di dunia ini.
Rossi meninggalkan warisan yang besar untuk MotoGP.
Sebuah warisan yang diyakini tidak akan bisa disamai pembalap lain, setidaknya dalam 20 tahun ke depan.
Rossi sudah menciptakan standar baru di dunia MotoGP.
Sebuah standar yang sedikit atlet bisa lakukan.
Jika kita bicara mengenai karier Rossi di MotoGP, maka efeknya sama seperti Michael Jordan di NBA, Michael Schumacher di Formula One, Muhammad Ali di tinju, atau Maradona dan Pele di sepakbola.
Mereka adalah atlet-atlet yang membawa olahraga masing-masing ke level yang berbeda.
Mereka tidak hanya meraih banyak sukses di arena pertandingan, tapi juga di luar.
Mereka adalah ikon.
Rossi adalah ikon MotoGP.
Rossi adalah magnet MotoGP.
Sejak The Doctor tampil di kelas primer Grand Prix atau MotoGP pada 2000, jumlah penonton yang hadir langsung di sirkuit meningkat tajam.
Pada MotoGP 2000 untuk kali pertama dalam sejarah menembus lebih dari 1,5 juta penonton sepanjang musim.
Di era Rossi mendominasi MotoGP hingga kali terakhir merebut gelar juara dunia pada 2009, jumlah penonton melonjak hingga hampir 2,3 juta penonton.
Lautan manusia “kuning”, suar kuning, bendera VR46 di tribune sirkuit merupakan pemandangan yang biasa terlihat setiap balapan.
Rossi bukan pembalap tersukses di Grand Prix.
Tapi Rossi mengangkat pamor MotoGP ke level global.
Ke level yang sebelumnya tidak mampu dilakukan legenda seperti Giacomo Agostini, Angel Nieto, Mike Hailwood atau Mick Doohan.
"Apa yang Rossi lakukan untuk dunia balap motor seorang diri adalah luar biasa. Kita bisa berbicara mengenai Kenny Roberts, Barry Sheene, Geoff Duke, Agostini, tapi Rossi adalah pembalap yang memiliki pengaruh besar dalam 70 tahun sejarah Grand Prix," tulis Harris.
Kenapa Rossi bisa sukses mengangkat MotoGP?
Jawabannya adalah: Rossi memiliki faktor kombinasi yang pas untuk menjadi pembalap yang disukai banyak penggemar: berprestasi, nyentrik, penuh gimik, jujur, dan ramah terhadap penggemar.
"Rossi adalah sosok yang jujur dan humoris. Pertanyaan yang paling banyak saya dapatkan adalah: 'Seperti apa sosok Rossi sebenarnya?'. Saya selalu bilang, yang kalian lihat di televisi itu adalah 95 persen Valentino Rossi. 5 persen sisanya adalah sesuatu yang tidak akan dikatakan Rossi di televisi," ucap Alex Briggs, mantan mekanik Rossi.
Kita mungkin bisa menyebut pembalap yang memiliki prestasi di atas trek seperti Rossi, tapi tidak ada yang mampu membungkus profil pembalap di luar sirkuit sebagus The Doctor.
Sayangnya sebagus dan sehebat apapun Rossi, The Doctor akhirnya harus menyerah dengan waktu.
Pada akhirnya MotoGP adalah perperangan para pembalap muda.
Di MotoGP 2021, total ada 8 pembalap yang belum lahir ketika Rossi menjalani debut Grand Prix di 1996: Luca Marini, Fabio Quartararo, Enea Bastianini, Iker Lecuona, Joan Mir, Francesco Bagnaia, Alex Marquez, dan Jorge Martin.
Sama seperti ketika menggeser dominasi Alex Criville dan Kenny Roberts Jr di awal 2000-an, kehebatan Rossi tergerus pembalap yang lebih muda, mulai dari Jorge Lorenzo, Marc Marquez, Mir, dan Quartararo.
Rossi termakan evolusi.
Termakan perubahan zaman teknologi yang begitu kencang.
Meski mampu bertahan di era perubahan sepeda motor 2tak ke 4tak, Rossi akhirnya kesulitan beradaptasi dengan perangkat elektronik di sepeda motor MotoGP yang semakin canggih.
Kali terakhir Rossi mampu tampil kompetitif terjadi pada MotoGP 2016.
Setelah itu prestasi Rossi menurun drastis hingga kali terakhir menang pada 2017 di MotoGP Belanda.
Musim ini Rossi tampil di MotoGP 2021 pada usia 42.
Dia tidak berdaya.
Rossi kesulitan menghadapi kecepatan para pembalap muda.
Gagal meraih podium dan akan pensiun dari MotoGP dengan musim terburuk dalam kariernya di ajang Grand Prix.
Bagi musuh atau haters Rossi, kondisi itu menguatkan teori yang menyebut The Doctor seharusnya sudah pensiun sejak lama.
Tapi Rossi adalah Rossi.
Dia tidak peduli dengan kritikan.
Rossi tahu kapan waktunya berhenti, dan usai MotoGP 2021 jadi waktu yang tepat.
Meski masih ada yang mengganjal di dalam hati, seperti kegagalan merebut juara dunia ke-10 di MotoGP 2015, Rossi bisa pensiun dengan tenang.
Setidaknya Rossi tahu ada penerusnya, tidak hanya di MotoGP, tapi juga dari kelas Moto3 lewat tim VR46.
Perlu diingat, Rossi adalah pembalap pertama yang sukses dalam bisnis MotoGP ketika masih aktif membalap.
Rossi membangun “Kerajaan VR46” lewat tim balap Moto3 dan Moto2, VR46 Academy, dan bisnis merchandise VR46 ketika masih aktif membalap.
Kerajaan VR46 bisa sedikit mengobati kerinduan kita terhadap Rossi setelah The Doctor pensiun.
Meski tentunya MotoGP tidak akan sama tanpa ada aksi Rossi di atas trek.
Rossi sudah memberi petualangan luar biasa yang tidak akan bisa kita lupakan.
Rossi meninggalkan kita sebuah warisan yang sangat berharga di MotoGP.
Kita sudah menikmati pertunjukan Rossi yang luar biasa sepanjang 26 tahun terakhir, dan sudah sepantasnya kita memberi salam perpisahan dan penghormatan yang layak untuk Rossi.
Salute The Master, Salute The Doctor, Salute Valentino Rossi! (Bowie Haryanto, Kolumnis)-qnt
Artikel ini telah tayang di CNNIndonesia.com dengan judul “Salute The Master, Salute The Doctor, Salute Valentino Rossi”. Klik untuk baca: https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20211111125839-157-719681/salute-the-master-salute-the-doctor-salute-valentino-rossi.