Diketahui, CO2 mudah larut di daerah yang memiliki tekanan tinggi seperti bagian danau yang dalam dan dingin. Namun, letusan limnik hanya mungkin terjadi di danau bertingkat.
Dengan kata lain kondisi air di danau tersebut tetap berada di lapisan yang jarang bercampur, sehingga CO2 bertahan di dasar saat tekanan terus meningkat.
Baca Juga:
ITPC Lagos Jajaki Kesepakatan Dagang dengan Kamerun
Ketika terjadi perubahan suhu atau tekanan, akumulasi karbon dioksida yang tertahan bisa dilepaskan dengan cepat dan kuat sehingga menyebabkan letusan. Meski begitu, tragedi di Danau Monoun dan Danau Nyos tidak diketahui secara jelas pemicunya.
Salah satu faktor yang diyakini adalah kedekatan kedua danau tersebut dengan Lapangan Vulkanik Oku. Sehingga ada kemungkinan gempa bumi atau letusan gunung berapi kecil sebelum terjadinya bencana.
Setelah mengetahui tentang letusan limnik, ilmuwan mengidentifikasi danau-danau lain yang memiliki potensi serupa. Salah satu perhatian utama adalah terfokus pada Danau Kivu yang terletak di perbatasan antara Rwanda dan Republik Demokratik Kongo.
Baca Juga:
Ikuti Jejak Zidane, Aboubakar Cetak Gol tapi Diusir Wasit,
Danau Kivu terletak di selatan gunung berapi strato Nyiragongo yang sangat aktif, sehingga mengandung konsentrasi tinggi CO2. Kondisi ini meningkatkan risiko danau tersebut mengalami letusan limnik di masa mendatang.
Selain melakukan pengawasan, ilmuwan juga menjalankan berbagai penelitian untuk mengurangi dampak dari potensi letusan limnik.
Melansir detikEdu, salah satu inisiatif dilakukan melalui eksperimen menggunakan metode degassing, yang diujicoba pada tahun 1992 di Danau Monoun dan 1995 di Danau Nyos.