"Ketika Anda memiliki analisis genetik dan data lainnya. Anda akhirnya dapat mulai memahami rantai pasokan gading yang menjadi kunci untuk melawan jaringan ini," kata Louise Shelly, peneliti dari George Mason University yang tak terlibat dalam studi ini.
Baca Juga:
Zimbabwe dan Namibia Terpaksa Bantai Ratusan Gajah untuk Atasi Krisis Pangan
Penelusuran DNA
Penelurusan menggunakan DNA bermula pada tahun 2004. Saat itu Wasser mendemonstrasikan, bahwa DNA dari gading dan kotoran gajah dapat digunakan untuk menentukan dari mana asal mereka.
Lalu pada tahun 2018, ia menyadari menemukan DNA identik pada gading dari dua penyitaan gading yang berbeda. Itu artinya kedua gading diambil dari hewan yang sama dan kemungkinan diperdagangkan oleh jaringan perburuan yang sama.
Baca Juga:
Penggerakan Tim BKSDA Aceh dalam Penghalauan Gajah Perusak Rumah dan Kebun Penduduk
Penelitian baru kemudian memperluas pendekatan untuk mengidentifikasi DNA milik orang tua dan keturunan gajah.
Tautan genetik semacam ini yang dapat memberikan cetak biru bagi otoritas satwa liar yang mencari bukti untuk menghubungkan berbagai pengiriman gading.
Dan benar saja, hasil identifikasi kemudian mengerucut pada beberapa titik perburuan, termasuk wilayah Tanzania, Kenya,Botswana, Gabon, dan Republik Kongo.