Kedua AR di utara dan selatan itu dihubungkan oleh gelombang atmosfer bernama Boreal Summer Intra-Seasonal Oscillation (BSISO) yang sedang aktif di India dan Teluk Benggala. Juga oleh penghangatan suhu permukaan laut dan atmosfer di selatan Indonesia.
Akibatnya, AR utara terpecah menjadi dua yaitu menuju Teluk Benggala dan Laut Cina Selatan. AR Laut Cina Selatan ini selanjutnya menuju Laut Jawa, dan terhubung dengan AR Australia.
Baca Juga:
Fase Bulan Baru, BMKG: Waspada Banjir Pasang di Pesisir Kota Medan
“Interaksi ini memicu badai vorteks yang secara persisten terjadi pada 20-22 Mei,” bunyi temuan Anis, Erma dan yang lainnya.
Dinamika vorteks atau pusaran angin dalam skala luas itu yang menghasilkan seruak badai berupa awan konvektif berpola tapal kuda atau gill pattern.
Pola itu menyebabkan massa udara lembap terkonsentrasi di barat Indonesia termasuk Laut Jawa. Berdasarkan data, pola itu juga menumbuhkan awan dengan cepat antara pukul 07.00-08.00 WIB pada 23 Mei 2022.
Baca Juga:
Drainase Masih Menjadi 'Pekerjaan Rumah' Pemkot Semarang Atasi Banjir
“Sehingga menyebabkan intensifikasi angin kencang di Laut Jawa,” ujar Anis.
Kontribusi angin kencang yang menyebabkan banjir rob di pantura itu mencakup wilayah Jawa Tengah. Data intensitas tertinggi hujan di lautan diketahui berada pada lokasi di sekitar lautan sebelah utara Pekalongan.
“Itu menunjukkan bahwa pusat badai vorteks yang terjadi di laut Jawa berada di utara Jawa Tengah,” kata Erma menambahkan.