Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menegaskan, dua segmen megathrust di Indonesia kini patut diwaspadai karena sudah sangat lama tidak melepaskan energi, yakni Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
"Murni gempa berpusat di zona Megathrust Mentawai-Siberut," kata Daryono beberapa waktu lalu, dikutip Sabtu (4/10/2025).
Baca Juga:
Satgas Madago Raya Dirikan Tenda Darurat Dukung Pendidikan Pascagempa Poso Magnitudo 5,8
Menurutnya, gempa tersebut merupakan bagian dari aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menekan ke bawah lempeng Eurasia dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Sementara itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperingatkan potensi yang sama di selatan Jawa Barat hingga Selat Sunda. Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa menyebut pelepasan energi di kawasan ini bisa memicu gempa berkekuatan hingga M8,7 dan menimbulkan tsunami besar.
"Semua pesisir Banten akan terdampak, hanya saja tinggi tsunaminya berbeda-beda," kata Rahma.
Baca Juga:
BMKG Ungkap Gempa Bekasi Jenis Dangkal, Dipicu Aktivitas Sesar Busur Belakang
Menurut perhitungannya, tsunami di wilayah Banten bisa mencapai 4-8 meter, sementara di pesisir Lampung bisa lebih besar. Jika terjadi di sekitar Pangandaran, gelombang bahkan bisa menjalar hingga pesisir Jakarta dengan ketinggian 1-1,8 meter dan tiba sekitar 2,5 jam setelah gempa.
"Isu Lama" yang Tak Boleh Dianggap Remeh
Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, isu megathrust bukan hal baru, tetapi peringatan itu kembali digemakan agar masyarakat benar-benar siap.