Kenaikan suhu imbas krisis iklim
Dalam kesempatan terpisah, Dwikorita sempat mengungkap bahwa berbagai studi menunjukkan kenaikan suhu global sudah mencapai 1,45 °C di atas rata-rata periode pra-industri tahun 1850-1900. Menurutnya hal ini berdampak pada akselerasi kenaikan muka laut yang terus menerus naik dari dekade ke dekade.
Baca Juga:
BMKG Prediksi 2024 Bumi Makin Panas Mendidih, Warga Mesti Beradaptasi
Rata-rata kenaikan muka air laut global berada di level 2,1 mm per tahun antara 1993 dan 2002, dan menjadi 4,4 mm per tahun antara 2013 dan 2021 atau meningkat dua kali lipat di antara periode tersebut.
Menurutnya realitas ini sebagian besar penyebabnya adalah mencairnya es kutub imbas melelehnya gletser dan lapisan es lautan akibat pemanasan global.
"Jelas tidak berlebihan jika saya menyebut situasi ini sebagai sesuatu yang sangat serius dan juga harus direspons secara serius," kata Dwikorita pada September lalu, mengutip laman resmi BMKG.
Baca Juga:
Inilah 5 Negara dengan Suhu Terpanas di Dunia, Tertarik Mengunjunginya?
Menurut dia krisis iklim terjadi secara global, termasuk Indonesia. Dwikorita, pada Maret lalu, sempat menyampaikan Indonesia turut terdampak dari krisis iklim.
Ia mengatakan perubahan iklim mencakup berbagai aspek. Hal ini termasuk peningkatan suhu, perubahan pola curah hujan, kenaikan air laut, serta dampaknya terhadap lingkungan dan manusia.
Contoh nyata kenaikan suhu akibat perubahan iklim adalah mencairnya gletser atau lapisan es tropis di Puncak Jaya, Papua. Luas tutupan salju abadi di ketinggian 4.884 mdpl itu menyusut hingga 98 persen, dari 19,23 kilometer persegi pada tahun 1850 menjadi hanya 0,23 kilometer persegi pada April 2022.