WAHANANEWS.CO, Jakarta - BBM di sejumlah SPBU swasta seperti Shell dan BP-AKR dalam beberapa pekan terakhir kosong. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung membeberkan penyebab 'kosongnya' stok Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut.
Hal itu terjadi karena adanya peralihan konsumsi sebesar 1,4 juta kilo liter (KL) BBM subsidi jenis RON 90 yakni Pertalite ke BBM Non Subsidi.
Baca Juga:
Riwayat Pendidikan Giring Ganesh dari Dunia Musik Terjun ke Politik dan Pemeritahan
Peralihan konsumsi BBM subsidi ke non-subsidi itu salah satunya disebabkan oleh adanya penerapan kewajiban penggunaan QR Code untuk pembelian BBM bersubsidi di SPBU Pertamina.
Menurut Yuliot, banyak masyarakat yang sejatinya belum melakukan pendaftaran QR Code untuk mengisi BBM subsidi. Ini terjadi lantaran kapasitas mesin (CC) kendaraan yang mereka miliki tidak sesuai ketentuan, sehingga akhirnya beralih menggunakan BBM non-subsidi.
"Sementara masyarakat karena itu perlu mendaftar, kemudian mereka juga mungkin itu CC kendaraannya tidak sesuai, terjadi shifting yang tadinya dari subsidi Pertalite itu menjadi non subsidi," katanya beberapa hari lalu.
Baca Juga:
Bupati Toba Sambut Kehadiran Wamen Pendidikan dan Anggota Komisi X DPR RI
Lalu berapa besar penghematan negara atas peralihan penggunaan BBM Subsidi ke BBM Non Subsidi itu?
Sebagaimana diketahui, harga BBM subsidi yakni RON 90 atau Pertalite saat ini dibanderol Rp 10.000 per liter. Adapun BBM Non Subsidi dengan RON 90 di SPBU Vivo senilai Rp 12.530 per liter.
Artinya ada selisih Rp 2.530 per liter atau anggaplah nilai ini adalah nilai subsidi. Sehingga, jika pengguna BBM subsidi beralih ke BBM Non subsidi sebanyak 1,4 juta KL, maka ada penghematan subsidi senilai Rp 3,54 triliun.