Ia menambahkan bahwa sistem yang sedang dikembangkan memiliki kemampuan adaptif terhadap ekspresi wajah pengguna dan mampu bekerja secara real-time.
“Teknologi ini diharapkan mampu mendeteksi emosi pengguna secara akurat. Sehingga interaksi antara manusia dan mesin dapat berlangsung lebih empatik dan intuitif,” ucap Gembong.
Baca Juga:
UU Hak Cipta Direvisi, Kemenkumham Soroti Peran AI dan Perlindungan Kreator
Kepala PRKAKS BRIN, Anto Satriyo Nugroho, menekankan pentingnya inklusivitas dalam pemanfaatan teknologi, agar semua orang, termasuk penyandang disabilitas, bisa merasakan manfaat inovasi digital.
“Beberapa contoh seperti screen reader bagi yang memiliki keterbatasan penglihatan atau speech recognition bagi mereka yang kesulitan mendengar. Menunjukkan bagaimana AI dapat membantu aktivitas dan komunikasi,” ujar Anto.
Sementara itu, Komisioner Komisi Nasional Disabilitas, Rachmita Maun Harahap, menyoroti pentingnya pendekatan berbasis hak dalam pengembangan teknologi bagi kelompok disabilitas.
Baca Juga:
Foto Bergaya Ghibli Kian Populer, Ini Cara Membuatnya Lewat ChatGPT
Ia menolak narasi bahwa teknologi hanya sebagai bentuk bantuan belas kasih.
“Teknologi itu bukan belas kasihan. Tapi alat untuk memperjuangkan kesetaraan,” kata Rachmita.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.