Dwikorita sebelumnya tetap mewanti-wanti soal potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir saat El Nino sudah tiba. Sebabnya adalah kondisi geogfrafis Indonesia.
"Meskipun kita masuk musim kemarau kering, tetapi karena wilayah Indonesia ini dipengaruhi oleh dua samudera dan juga topografinya yang bergunung-gunung di khatulistiwa, masih tetap ada kemungkinan satu wilayah mengalami kekeringan, tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi," jelas dia.
Baca Juga:
Distan Banten Siapkan 1.012 Pompa Air Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
BMKG pun mengungkap beberapa aktivitas fenomena atmosfer regional dan lokal yang memengaruhi pertumbuhan awan hujan pekan awal Agustus.
Gelombang atmosfer Rossby Ekuator diprakirakan masih aktif di sebagian Sumatra bagian selatan, Jawa bagian barat hingga tengah, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi bagian selatan, Maluku, dan Papua.
"Faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut," kata BMKG.
Baca Juga:
Ancaman La Nina Tak Seburuk Dugaan, BMKG Ungkap Sisi Positif Tersembunyi
Ada pula pemicu hujan berupa daerah konvergensi (zona pertemuan angin dari utara dan selatan) di Laut Andaman, di Perairan barat Sumatra, dari Kalimantan Timur hingga Malaysia, dari Laut Banda hingga Selat Makassar, dan dari Papua hingga Papua Barat.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut."
Dwikorita juga mengingatkan ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan imbas fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang mengakibatkan kekeringan. Situasi ini berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional.