WahanaNews.co, Jakarta - Es abadi di wilayah pegunungan Papua setara dengan 10 lapangan bola mencair pada periode 2016-2022. Mencairnya es abadi tersebut ternyata menimbulkan dampak tersendiri.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut es yang mencair di Gunung Puncak Jaya, Papua berdampak pada meningkatkan tinggi muka laut yang nantinya dapat merusak ekosistem laut di wilayah tersebut.
Baca Juga:
Aktivis HAM Esra Mandosir Meninggal Dunia, LP3BH Manokwari Sebut Kematiannya Diduga Tidak Wajar
"Pencairan tutupan es Papua berdampak pada peningkatan tinggi muka laut regional dan global," ujar Donaldi Sukma Permana, Koordinator Penelitian Klimatologi di Puslitbang BMKG dalam seminar daring, Selasa (22/08/23).
Mengutip Badan Meteorologi Dunia (WMO), kenaikan permukaan laut mengancam masa depan pulau-pulau di dataran rendah. Selain itu, kenaikan muka laut juga menyebabkan peningkatan panas laut dan keasaman air laut yang membahayakan ekosistem laut yang vital dan rentan.
Tutupan es di Puncak Jaya saat ini tengah mencair di tingkat yang mengkhawatirkan. BMKG bahkan memperkirakan es tersebut bisa menghilang sebelum 2026.
Baca Juga:
Langkah Pengamanan Menjelang Pilkada Serentak, Asistensi Operasi Damai Cartenz di Intan Jaya
Pengamatan BMKG pada es di Puncak Jaya sejak 2010 menunjukkan tingkat pencairan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Donaldi, dari 2016-2021 saja es yang mencair setara hampir 10 lapangan bola.
"Estimasi [es yang hilang] di 2016 0,53 km2, 2021 0,27 km2. Jadi kalau dirata-rata [2016-2022] 0,07 kilometer persegi per year. Kalau diukur sekitar 10 kali lapangan bola luasnya," terangnya.
Donaldi menyebut tutupan es tropis yang mencair di Puncak Jaya "merupakan indikator sekaligus dampak dari fenomena perubahan iklim."