WahanaNews.co, Jakarta - Media sosial X (Twitter), dibanjiri postingan mengenai kepiting purba yang dikenal sebagai kepiting tapal kuda atau Horseshoe crab, yang terkenal dengan darah berwarna biru.
Kepiting tapal kuda ini diketahui telah ada sejak lebih dari 400 juta tahun yang lalu dan dikenal memiliki nilai sangat tinggi.
Baca Juga:
Tak Selalu Lebih Pintar, Ini Penjelasan soal Otak Pria yang Lebih Besar dari Wanita
Dalam unggahan tersebut, terdapat gambar yang menunjukkan darah berwarna biru muda dari kepiting tapal kuda yang dimasukkan ke dalam sebuah botol kaca.
"Pengetahuan yang baru sender dapet dan bisa dishare. Dia namanya kepiting tapal kuda. dia hewan purba dan udah ada sejak lebih dari 400jt tahun lalu. warna darah dia biru (yang di gambar)" tulis unggahan ini.
Lantas, mengapa darah kepiting kapal kuda berwarna biru dan bernilai tinggi?
Baca Juga:
Fenomena Langka, 6 Planet Bakal Berbaris di Angkasa Awal Juni 2024
Penyebab warna biru pada darah kepiting tapal kuda
Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, drh Slamet Raharjo mengatakan, kepiting tapal kuda adalah hewan beruas dari famili Limulidae yang dalam bahasa Indonesia disebut belangkas.
"Kalau orang jawa menyebutnya dengan mimi-mintuna," kata dia, melansir Kompas.com, Selasa (5/3/2024).
Slamet membenarkan bahwa darah hewan yang sudah hidup sejak 450 tahun yang lalu itu berwarna biru.
Warna biru itu diperoleh dari hemosianin, zat tembaga yang terkandung di dalam darah tersebut.
Pada manusia, atom besi di dalam darah yang disebut hemoglobin memberikan warna merah gelap.
Darah kepiting tapal kuda mengandung zat khusus yang menangkap bakteri dengan cara membekukannya.
Karenanya, darah tersebut mampu mendeteksi adanya bakteri, meskipun dalam jumlah sedikit. Bagian darah yang membeku itu digunakan sebagai sarana pengujian bakteri.
Manfaat darah kepiting tapal kuda
Slamet menjelaskan bahwa darah dari kepiting tapal kuda memiliki banyak manfaat, terutama dalam konteks pengecekan vaksin baru di bidang medis.
Menurutnya, dalam dunia medis, darah kepiting tapal kuda sangat bermanfaat karena mengandung Limulus Amebocyte Lysate (LAL), yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat keamanan vaksin baru, termasuk vaksin Covid-19.
Darah kepiting tapal kuda mengandung amebosit atau LAL, yang berperan dalam melindungi terhadap kuman penyebab penyakit.
Keberadaan zat ini sangat penting, karena tanpa adanya LAL, ilmuwan akan menghadapi kesulitan dalam menentukan apakah obat-obatan atau vaksin mengandung bakteri, seperti E-coli atau Salmonela.
Slamet menjelaskan bahwa ekstrak dalam sel darah kepiting tapal kuda akan mengalami reaksi kimia terhadap bahan berbahaya, sehingga ilmuwan menggunakan darah ini sebagai alat uji untuk menentukan keamanan obat-obatan atau vaksin baru.
Penggunaan darah kepiting tapal kuda dalam bidang medis sudah berlangsung sejak beberapa dekade yang lalu, khususnya sekitar tahun 1970-an.
Setiap tahun, ratusan ribu kepiting tapal kuda ditangkap dan dibawa ke laboratorium di Amerika Serikat untuk mengambil sebagian darahnya.
Mereka kemudian dilepaskan untuk kembali ke alam liar.
Karena manfaatnya itu, darah biru kepiting tapal kuda pun dihargai dengan nilai fantastis. Satu liter harga darah kepiting tapal kuda bisa mencapai Rp 213 juta per liter, dilansir dari The Science Times.
Termasuk hewan dilindungi
Setelah dibawa ke laboratorium untuk keperluan biomedis, cangkang kepiting tapal kuda akan ditusuk di sekitar organ hatinya.
Sebanyak 30 persen darahnya akan diambil. Selanjutnya, kepiting tapal kuda itu akan kembali dilepaskan ke alam liat.
Akan tetapi, penelitian menemukan bahwa sekitar 10-30 persen kepiting tersebut mati akibat tindakan ini.
Pada kepiting tapal kuda betina, tindakan tersebut menyebabkannya sulit menghasilkan anak. Hal ini dikhawatirkan bisa mengancam populasi kepoting tapal kuda.
Di Indonesia, populasi kepiting tapal kuda termasuk critically endangered atau terancam punah.
Bahkan, hewan ini sudah dimasukkan dalam daftar hewan dilindungi sejak tahun 1999 melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 1999.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menciptakan substansi buatan yang memiliki komponen serupa dengan darah biru yang dimiliki oleh kepiting tapal kuda.
Langkah ini merupakan tanggapan terhadap desakan dari para aktivis lingkungan yang menyerukan penghentian penggunaan darah kepiting tapal kuda dalam konteks medis.
Meskipun begitu, setiap perusahaan farmasi menyatakan keterpaksaannya untuk terus menggunakan darah kepiting dalam proses pengujian.
Sebuah laporan dari BBC menyebutkan bahwa pada bulan Juni 2020, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyatakan bahwa hingga saat itu mereka belum menemukan pengganti yang lebih efektif untuk mendeteksi racun.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]